Jumat, 10 Juni 2011

MENGAPA AMERIKA MENGKABURKAN DEFINISI TERORISME

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
(Al-Baqarah :120)

Sobat jauhar…!, Teror atau Terorisme tidak selalu identik dengan kekerasan. Terorisme adalah puncak aksi kekerasan, terrorism is the apex of violence. Bisa saja kekerasan terjadi tanpa teror, tetapi tidak ada teror tanpa kekerasan. Terorisme tidak sama dengan intimidasi atau sabotase. Sasaran intimidasi dan sabotase umumnya langsung, sedangkan terorisme tidak. Korban tindakan Terorisme seringkali adalah orang yang tidak bersalah. Kaum teroris bermaksud ingin menciptakan sensasi agar masyarakat luas memperhatikan apa yang mereka perjuangkan. kaum teroris modern justru seringkali mengeluarkan pernyataan dan tuntutan. Mereka ingin menarik perhatian masyarakat luas dan memanfaatkan media massa untuk menyuarakan pesan perjuangannya.

Mengenai pengertian yang baku apa yang disebut dengan Tindak Pidana Terorisme itu, sampai saat ini belum ada keseragaman. (aneh bin ajaib!, ada apa gerangan ??), Menurut Prof. M. Cherif Bassiouni, ahli Hukum Pidana Internasional, bahwa tidak mudah untuk mengadakan suatu pengertian yang identik yang dapat diterima secara universal sehingga sulit mengadakan pengawasan atas makna Terorisme tersebut. Oleh karena itu menurut Prof. Brian Jenkins, Phd., Terorisme merupakan pandangan yang subjektif. Tidak mudahnya merumuskan definisi Terorisme, tampak dari usaha Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan membentuk Ad Hoc Committee on Terrorism tahun 1972 yang bersidang selama tujuh tahun tanpa menghasilkan rumusan definisi. Pengertian paling otentik adalah pengertian yang diambil secara etimologis dari kamus dan ensiklopedia. Dari pengertian etimologis itu dapat diintepretasikan pengembangannya yang biasanya tidak jauh dari pengertian dasar tersebut.

Pendapat Mereka Tentang Teroris…..
Menurut Prof. Muladi : bahwa hakekat perbuatan Terorisme mengandung perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan yang berkarakter politik. Bentuk perbuatan bisa berupa perompakan, pembajakan maupun penyanderaan. Pelaku dapat merupakan individu, kelompok, atau negara. Sedangkan hasil yang diharapkan adalah munculnya rasa takut, pemerasan, perubahan radikal politik, tuntutan Hak Asasi Manusia, dan kebebasan dasar untuk pihak yang tidak bersalah serta kepuasan tuntutan politik lain.
Menurut US Central Intelligence Agency (CIA). Terorisme Internasional adalah Terorisme yang dilakukan dengan dukungan pemerintah atau organisasi asing dan atau diarahkan untuk melawan negara, lembaga atau pemerintahan asing .
Menurut US Federal Bureau of Investigation (FBI) Terorisme adalah penggunaan kekuasaan tidak sah atau kekerasan atas seseorang atau harta untuk mengintimidasi sebuah pemerintahan, penduduk sipil dan elemen-elemennya untuk mencapai tujuan-tujuan sosial atau politik.
Definisi ini bisa ditarik ulur oleh Amerika, bagaikan sebuah karet yang bisa ditarik kekanan oke ke kiri oke..asalkan memeberi keuntungan pada kepentingan mereka. Sebuah gerakan bisa disebut terorisme, bisa juga di keluarkan dari “definisi terorisme” semua interpretasi tentang definisi terorisme ada di otak bajingan amerika. Inilah teknik tipu daya amerika.
Ada banyak rekasa di balik rekayasa amerika, Seperti kejadian 11 september, itu adalah hasil rekayasa amerika sendiri, mengapa demikian?? Karena untuk mencari “kambing hitam”, mencari alasan agar mereka bisa melakukan infansi ke negri arab, dengan alasan memburu terorisme. Dan masih banyak lagi Fakta yang menunjukan bahwa “otak” dari kejadian 11 september adalah amerika sendiri.
Mengapa Definisi Terorisme dibiarkan kabur?
PBB telah menerbitkan beberapa resolusi dalam jangka waktu yang sangat singkat yang menyatakan perang terhadap terorisme dan para teroris. Yang sangat booming ketika paska peledakn 11 september sampai sekarang, Namun pernyataan perang ini tanpa disertai definisi, sifat, jenis, dan bentuk teror yang hendak diperanginya. Selanjutnya lembaga itu mengharuskan seluruh Negara anggotanya menyepakati perang terhadap terror tersebut. Hingga sekarang mereka belum mendefinisikannya. ada apa di balik ini semua??.
Mengapa?! Ada beberapa alasan yang sangat logis mengapa amerika mengkaburkan definisi dari teorisme.

1. Pendefinisian terorisme yang harus diperangi serta pembatasan ciri-ciri dan sifatnya akan menjadikan semua yang berada di luar definisi dan ciri-ciri ini tidak termasuk terorisme. Semua yang bergerak diluar lingkup definisi dan ciri-ciri –khususnya dari kalangan Islamis tidak mungkin diburu dengan tuduhan sebagai teroris. Berbagai aktifitas yang dilakukannya tidak mungkin dikategorikan sebagai aktifitas terorisme. Mereka tidak ingin hal semacam ini terjadi!
2. Pendefinisian terorisme yang harus diperangi bisa jadi akan dimanfaatkan oleh gerakan-gerakan kemerdekaan di seluruh dunia yang jumlahnya sangat banyak dalam perjuangan mereka untuk memerdekakan diri dari penjajahan dan kedzoliman kaum imperalis penjajah. Hal itu disebabkan gerakan-gerakan tersebut beraktifitas di luar kerangka terorisme yang disepakati untuk dihukum. Mereka juga tidak ingin hal semacam ini terjadi!
3. Pendefinisian terorisme yang harus diperangi dan disepakati, akan mencegah banyak Negara agresor untuk melakukan berbagai bentuk yang dikehendakinya terhadap bangsa-bangsa lemah, khususnya Amerika Serikat sebagai pelindung terorisme internasional dan anak tirinya, Zionis Yahudi. Mereka tidak menginginkan hal in terjadi!
4. Pendefinisian makna terorisme yang harus diperangi bisa jadi akan menampakkan bahwa jihad dan perlawanan rakyat Palestina terhadap Zionis Yahudi sebagai sebuah perjuangan legal yang tidak termasuk kategori terorisme. Ini berarti merupakan pengakuan tidak langsung bahwa Negara Zionis Yahudi merupakan Negara penjajah dan penjarah hak-hak bangsa lain, tidak memiliki legalitas, layak dilawan dan diperangi hingga mereka benar-benar terusir. Mereka tidak menginginkan hal ini terjadi, sama sekali!
5. Pendefinisian makna terorisme dan kesepakatan internasional mengenainya akan memunculkan konsekuensi dipersalahkannya Negara-negara agressor yang menggunakan semua jenis terorisme.
Pengaburan definisi terorisme yang harus diperangi ini akan menjadikan kekuatan-kekuatan adidaya dan tirani dimuka bumi ini dalam skala luas untuk melakukan campur tangan (interpensi) terhadap urusan Negara dan bangsa lain, serta menggunakan teror berskala luas dengan atas nama “Perang Terhadap Terorisme” dan “Pembururan Terhadap Para Teroris”!
Pengaburan definisi terorisme juga bisa menjadikan istilah ini seperti karet yang bisa dibentuk sesuai kemauan para politikus yang berkuasa. Mereka bisa memasukkan siapa saja yang mereka kehendaki ke dalam golongan teroris dan dibawah payung perburuan terhadap para teroris, sekalipun sebenarnya orang tersebut bukan teroris. Sebaliknya mereka bisa mengeluarkan siapa saja yang mereka kehendaki dari lingkaran terorisme, sekalipun ia benar-benar dan terbukti sebagai seorang teroris dan penjahat!
Sobat jauhar!! “Ada udang dibalik bakwan ….!!!” Dibalik definisi terorisme yang sengaja dikaburkan ini, mereka menginginkan interpretasi dari teorisme bagaikan karet yang bisa di tarik ulur kemana saja, asalkan menguntungkan mereka. Mereka bisa seenaknya mencap gerakan dakwah islam sebagai terorisme, mengapa? Karena definisi dari terorisme itu kabur, jikalau definidinya di spesifikasiakan tentunya mereka tidak bisa berbuat “ saenae’ dewe’ “ memberangus gerakan dakwah.
Amerika dan sekutunya ketika membombardir afganistan mereka beralasan memerangi terorisme, karena di afganistan di buat senjata pemusnah massal. Tapi apa yang terjadi setelah runtuhnya saddam husen?, apakah mereka menemukan senjata pemusnah massal yang mereka gembar gemborkan ke dunia publik. Sunguh kedustaan publik, tidak ada senjata pemusnah massal di sana?, lalu apakah Amaerika dengan teknologinya yang mutakhir tidak bisa mepredisikan hal tersebut sebelumnya. Dan hal yang sangat aneh perbuatan Ameriaka dengan memborbardir afganistan tidak disebut kegiatan “terorisme”?, padahal banyak warga sipil yang tidak bersalah yang meninggal. Kemanakah slogan mereka “membela hak asasi manusia, menjungjung kemerdekaan”. Mereka membela hak asasi manusia jikalau kepentingan mereka terganggu, tetapi, jika memeberi keuntungan kepada mereka slogan itu “ diperkosa ” oleh mereka sendiri.
Yahudi yang jelas-jelas merampas wilayah paletina, meneror warga palestina dan memblokade wilayah tersebut, mereka asyik saja tanpa ada gangguang sedikit pun. Inilah yang seharusnya di cap dengan “terorisme sejati”, tetapi mengapa PBB tidak melakuakn aksi yang nyata, hanya sebatas retorika dengan sebuah kecaman. Wallhua a’lam bishowwab.

Profil Pemuda Berkarakter

Oleh : Misbahuddin
Dalam hadist, pemuda sering diistilahkan dengan kata-kata syaabun. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, disebutkan bahwa diantara 7 kelompok yang akan mendapatkan naungan Allah SWT pada hari ketika tak ada naungan, selain naungan-Nya, adalah Syaabun nasya’a fii ‘ibaadatillah (pemuda yang tumbuh berkembang dalam pengabdian kepada Allah SWT).
Sepanjang peradaban manusia, pemuda adalah pelopor. Berbagai perubahan terjadi di setiap bangsa, selalu digerakkan oleh pemuda. Di balik setiap transformasi sosial, juga ada anak muda. Ibarat sang surya, maka pemuda bagaikan sinar matahari yang berada pada tengah hari dengan terik panas yang menyengat. Yang menentukan fase kehidupan manusia sejak di janin, balita, kanak-kanak, dewasa dan masa tua adalah usia murahiq – masa muda - (antara 30-40), meminjam istilah ahli kepribadian. Berbagai bakat, potensi, kecenderungan, baik mengarah kepada kebaikan maupun kepada kejahatan memiliki dorongan yang sama kuatnya ketika pada masa muda. Itulah sebabnya, kegagalan dan keberhasilan seseorang, kematangan kepribadian manusia pada masa tua ditentukan oleh masa mudanya.
Dalam al Quran pemuda menggunakan istilah ‘fatan’. Sebagaimana firman Allah SWT:
Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (Al Anbiya (21) : 60).
Dalam Islam, dikenal “vionir leader” yang mengenalkan tauhid, dialah Ibrahim. Ia menegakkan nilai-nilai tauhid di tengah dominasi dan hegemoni paham paganisme, seorang diri. Bahkan bapaknya sendiri melawannya. Kalau bukan kesabaran dan keyakinan yang terpatri di dalam hati, mustahil misi suci ini bisa diwujudkan.
Sebagaimana kisah Ashabul kahfi pada surat Al Kahfi (18) ayat 10 dan 13.
“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa : Ya Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-MU dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Karakteristik Pemuda Pejuang (Aktivis Tauhid)
Eksistensi dan perana pemuda sangat urgen. Dalam al-Quran ataupun hadits, banyak diucapkan karakteristik/jati diri sosok pemuda ideal yang harus dijadikan teladan oleh pemuda yang bercita-cita sebagai orang atau pemimpin sukses.
Pertama, memiliki keberanian (syaja’ah) dalam menyatakan yang hak (benar) itu hak (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah). Katakanlah kebenaran walaupun rasanya pahit (al Hadits). Jihad yang paling tinggi adalah kalimat haq di depan pemimpin yang zalim (al Hadits). Lalu, siap bertanggung jawab serta menangung resiko ketika mempertahankan keyakinannya.
Contohnya adalah pemuda Ibrahim yang menghancurkan “berhala-berhala” kecil, lalu dan menggantung kapaknya ke “berhala” yang paling besar untuk memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu (tuhan selain Allah SWT) sama sekali tidak bisa mendatang manfaat dan menolak bahaya. Kisah keberaniannya dikisahkan dalam surat al-Anbiya’[21] ayat 56-70.
Kedua, ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity) untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan. Artinya, tidak pernah berhenti dari belajar dan menuntut ilmu pengetahuan (QS al-Baqarah [2]: 260). Semakin banyak ilmu yang dimilikinya, ia menyadari betapa banyak ilmu yang belum diketahui. Semakin berilmu, semakin tunduk tauhidnya pada wahyu.
Ketiga, selalu berusaha dan berupaya untuk berkelompok dalam binkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus, seperti pemuda-pemuda Ashabul Kahfi yang dikisahkan Allah SWT pada surah al-Kahfi [18] ayat 25. Bukan berkelompok untuk mengadakan konspirasi jahat (makar). Atau berpikir yang aneh-aneh hanya untuk cari sensasi.
Para pemuda pejuang yang berkarakter ala Ibrahim, ia ingin berkelompok bukan untuk huru-hara atau tujuan yang tidak ada manfaatnya. Tetapi berkelompok dalam kerangka ta’awun ‘alal birri wat taqwa (bersinergi dalam kebaikan dan ketakwaan). Bukan berkerjasama dalam perbuatan dosa dan permusuhan.
Keempat, selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusilasi. Hal ini seperti kisah nabi Yusuf dalam surah Yusuf [12] ayat 22-24. Pemuda dengan tipe ini, bisa digambarkan pada sosok Nabiullah Yusuf yang tak tergoda nafsu,meski kesempatan ada. Yusuf tak mau meladeni wanita (Zulaikha) yang terus menggodanya. Ketika Yusuf digoda, ia justru berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik."
Kelima, memiliki etos kerja dan etos usaha yang tinggi serta tidak pernah menyerah pada rintangan dan hambatan. Ia memandang berbagai kesulitan adalah sebagai peluang untuk mengukir prestasi dan sarana kematangan jiwa. Seandainya menjadi manusia besar itu mudah, betapa banyak manusia yang terlahir sebagai pahlawan, meminjam ungkapan ahli sastra Arab.
Hal itu diperagakan oleh sosok pemuda Muhammad yang menjadikan tantangan sebagai peluang untuk sukses hingga ia menjadi pemuda yang bergelar al-Amin (terpercaya) dari masyarakat.
Wahai pemuda, marilah kita ikuti perjalan sosok-sosok yang mengagumkan itu.Wahai para orantua, tak ada salahnya, kita persiapkan anak-anak kita dalam tipe pemuda yang berkarakter itu. Merekalah sosok pemuda ideal yang dicontohkan dalam al-Quran dan Hadits. Mudah-mudahan mereka bisa menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda Indonesia masa kini dan masa depan. Wallahu a’lam bishshowab.*

Membongkar “Hubungan Mesra” Antara Bencana Longsor Di Garut VS Teologi

Oleh : Boedakz Baghe’r

Malam sudah memakai jubah hitamnya, sekonyong-konyong terdengar berita di tv mungilku “ telah terjadi bencana longsor di garut yang menimbun beberapa rumah warga “ . akupun berkata dalam hati “sungguh aneh negriku ini”, bencana yang satu belum selesai, bencana yang lain sudah menyusul. jikalau kita bertafakur sejenak, semenjak presiden tercinta Susilo Bangbang Sudoyono terpilih bencana datang silih berganti, (coba renungkan wahai sobat jauhar). apa penyebab dari ini semua??.
Arta Wijaya seorang penulis lepas, pernah mengatakan ketika menjadi pemateri di sebuah seminar “negri indonesia ditimpa berbagai musibah karena presiden kita suka bermain kelenik, dan saya punya data-datanya, maka tidak heran Allah menurunkan azabnya kepada negri indonesia”, sebuah statement yang perlu di renungkan oleh kita selaku insan akedemis yang selalu mencoba melihat segala hal dengan pola“multi perfektif ” tidak hanya melihat penomena dari satu sisi saja.
Disisi lain Bencana bisa di akibatkan juga oleh alam itu sendiri “an sich” (alam yang sakit), atau bisa diakibatkan oleh “ human error ”. SBY mengatakan “bencana alam, termasuk lumpur labindo adalah karena penomena alam”. Ada apa gerangan dengan pernyataan beliau, jelas-jelas bencana lumpur lapindo dan di tanah papua telah tejadi ekploitasi alam secara masif dan destruktif oleh korporasi asing dan tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, statement ini sangat tidak logis menyalahkan alam atas bencana yang ada. Yang jika di tela’ah kebanyakan bencana adalah akibat dari ekplotasi, pengerukan alam, pencemaran alam yang terjadi secara masif dan sangat berlebihan.
Sebaliknya Masyarakat yang awam kadang menilai bencana itu dari sudut pandang teologis saja, mereka mengangap bahwa bencana alam datang kerena murka “ Pangeran nu Gusti Agung” (dibaca: Tuhan) karena banyak manusia berdosa. Teologi semacam ini tidak lah salah secara seutuhnya. Tetapi kita di anugrahi akal untuk mengekplorasi secara kritis apa penyebab utama dari bencana ini, tanpa menghilangkan spritualitas ketuhanan.
Keyakinan bahwa tuhan adalah di balik semua bencana dan penomena jelas sangat berbahaya jika kita melihatnya secara teologis. Coz, tuhan akan dipersalahkan sebagai biang dari segala bencana di dunia, tuhan menjadi terdakwa (blaming the god), ini lah dalam term teologi disebut idiologi jabariyyah.
Kemungkaran Berfikir Dalam Memahami Bencana.
sebagian ada yang mempunyai keyainan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini adalah karena kehendak tuhan, manusia tidak mempunyai kontribusi dalam setiap kejadian di alam semesta ini, termasuk bencana yang menimpa indonesia bertubi-tubi.
Neo jabariyyah abad 21 telah muncul melanjutkan pemahaman para pendahulunya tentang hakikat “takdir kehidupan”, manusia ibarat wayang yang dimainkan oleh sang dalang, wayang tidak bisa berbuat apa pun, sang wayang di gusur paksa menuruti gerak dan kemauan “Tuhan”.
Jika kita kita ekplorasi Al-qur’an, kita akan dapati bahwa, segala sesuatu disisi Allah mempunyai takdirnya (lihat QS.Ar-Rad : 8). Dan di ayat lain dinyatakan ; “dan tuhanmu itu menciptakan apa yang dikehendaki dan dipilihny, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka “ (QS.Al-Qoshas :8).
Sayangnya hujjah diatas difahami secara farsial, mengambil kesimpulan hanya dengan beberapa ayat al-qur’an tanpa meng- “Thoriqotu Jam’i” (memadukan ayat-ayat yang dianggap bertentangan dalam sebuah kesimpulan) di antara ayat-ayat alqur’an, dan membuat pemahaman yang universal dan integral.
Disisi lain sebagian intelektual lebih cendrung kepada pemikiran mu’tajilah (free will) dalam mehami peristiwa, termasuk bencana. bencana hanya dipandang dari perfektif kemanusiaan saja, maka hasilnya manusia adalah (blaming the men) sosok yang disalahkan, manusia adalah sebab utama segala peristiwa di alam ini, coz, manusia mempunyai kehendak yang bebas tanpa campur tangan tuhan sedikitpun, maka Tuhan tidak memiliki kontribusi apapun dalam penomena alam dalam perfektif aliran sempalan ini.

Aqidah Tauhid Sebagai Landasan Pundamental Dalam Kehidupan.
Aqidah tauhid adalah landasan pertama dalam hidup dan kehidupan kita, karena aqidah tauhid bagaikan akar pohon yang menghujam kedasar bumi, jika akar itu rontok maka pohon pun akan tumbang. Jika di dalam diri manusia tidak ada akidah yang kuat maka hidupnya akan tumbang digerus arus kehidupan.
Jika kita tela’ah ayat alqur’an kita akan dapati dua ayat yang menururut perfektif penulis saling melengkapi, pertama “kerusakan di darat dan dilaut yang tampak disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Maka, sebagai akibat dari perbuatannya (datanglah bencana) supaya manusia mersakan sebagaian dari ulah perbuatannya agar mereka kembali ke jalan yang benar’’ (QS.Ar-Rum : 41). Yang kedua “dan tuhanmu itu menciptakan apa yang dikehendaki dan dipilihny, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka “ (QS.Al-Qoshas :8). Dua ayat ini menjadi reprentatif bahwa ayat Al-Qur’an ketika hendak dijadikan paradigma berfikir maka jangan dipahamai secara pasial, dalam artian memakai satu ayat dengan meninggalkan ayat yang lain. So..!!, didalam mengekplorasi hikmah dibalik bencana kita meliahatnya dalam dua perfektif, perfektif Qudrah Tuhan. dan perfektif Sebab-Musabab. Maka paradigma ini akan menghasilkan seorang manusia yang berakidah lurus dan berakal tajam.
Didalam QS Al-Baqarah : 30 menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah fil ardi (perdana mentrinya Allah), maka jika paradigama kehidupan kita bertolak dari ayat ini maka kita akan menjalani hidup dan kehidupan ini dnegan penuh amanah, dan tanggung jawab, karena bumi ini adalah amanat tuhan ayng diberikan kepada manusia yang harus dipertanggung jawabkan.
Ketika manusia kehilangan “ paradigma tauhid ” maka yang akan muncul adalah “ paradigma kebinatangan ” yang rakus, dan suka berbuat kerusakan. Maka tidak heran banyak manusia yang melakukan pengeboran, mengeruk, mengekplotasi alam secara berlebihan tanpa memikirkan akibatnya. Maka tidak heran sang alam pun murka dan mengirim bencana kepada manusia karena akibat dari tanggan-tangan “manusia binatang”.
paradigama tauhid buka hanya sekedar konsep keimanan atau bahan retorika belaka yang jauh dari tindakan nyata. Tetapi Paradigma bertauhid adalah suplement urgen yang harus di tanam didalam jiwa sebagai pegangan hidup. dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehar-hari. Wallahu A’lam Bishowwab.

PERTENGKARAN SAINS VS AGAMA

Oleh : Misbahuddin


Teringat perkataan seorang guru di masa kecil “ kalo orang jepang dan orang indonesia di penjara, maka apa yang akan terjadi ketika mereka keluar penjara??, orang jepang dia akan keluar dengan membuat kapal-kapalan dari tanah yang disentuh dengan kreativitas, lalu orang indonesia keluar dengan membawa pulau yang terbuat dari air liurnya ketika tidur.....”. mungkin ini sebuah anekdot untuk menggambarkan sebuah motivasi yang dimilik orang indonesia amalatlah rendah. Motivasi untuk bergerak, berkreasi, dan mengekplorasi hal-hal yang baru. Padahal mayoritas orang indonesia adalah muslim. Dan jika kita melihat subtansi ajaran islam yang pertama diturunkan adalah “bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan”, maka seyogyanya spirit untuk mengekplorasi hal-hal yang baru dalam bidang apapun yang membawa kebaikan harus kita jaga dan pelihara sebagai “misi suci” kita sebagai khalifah fil ardi.
Semangat kreativitas untuk selalu “mengekpolrasi” hal-hal yang baru selalu melekat pada esensi ajaran islam, wahyu pertama yang diturunkan Allah adalah kaliamt “ IQRA ” alias bacalah, membaca dalam arti yang sangat luas termasuk dalam ranah pengetahuan alam yang dikenal dalam istialah kita “ayat kauniyyah”, dimana ilmu-ilmu tentang ayat-ayat kauniyyah atau dalam istilah sekarang disebut Sains, ternyata sains pada masa-masa setelah tragedi renaisance di barat telah mengalami pemerkosaan, didhalimi dengan mengambil kehormatannya yang sangat pundamental yaitu dihilangkannya unsur-unsur kesakralan (unsur-unsur kretivitas tuhan ) dalam penomena-penomena yang terjadi di alam. Maka ini sangat berpengaruh terhadap pola pikir manusia dalam hidup dan kehidupan menjadi materialistis, disisnilah pertengkaran sains dan agama dimulai.
Sains di “ perkosa ” oleh tragedi renaisance
Setelah sekian lama Eropa hidup dalam masa kegelapan (The Dakc Age ), ternyata mereka bosan juga, dan sedikit-sedikit menggeliat dari tidur pulasnya, mereka melihat dunia sengguh menakjubkan, kemajuan peradaban islam pada saat itu sungguh sangat pesat, tidak ada satupun bidang ilmu pengetahuan kecuali orang islam mendalaminya, baik melanjutkan pengetahuan ekperimen orang-orang sebelumnya, ataupun membuat teori-teori yang baru. sungguh pola kehidupan ini sangat jauh dari kehidupan manusia eropa pada masa itu.
Perlahan-lahan tetapi pasti manusia eropa bergerilya melakukan gerakan “Undergrown” (gerakan bawah tanah ) untuk mencapai kemajuan perdaban yang begitu tinggi yang sudah di capai di dunia islam.
Manusia eropa melihat cela untuk “merampok” peradaban islam itu, mereka melihat umat islam sudah terjangkit virus cinta dunia dan takut mati, membudayannya paham taklid buta, meraja lelanya paham jabariyyah (determinisme / keyakinan manusia wayang di dalm kehidupan). Dan Invansi tentara mongol ke bagdad pada tahun 1258 M, yang mengkibatkan islam porak poranda.
Setelah manusia eropa meyerap beradaban yang sudah islam capai, maka trejadilah revolusi besar di eropa yaitu tragedi renaisance (masa pencerahan). Bahasa ke’rennya Enlightment.
Renaisance adalah oknum yang bertanggung jawab atas pertengkaran sanis dengan agama, dan pemerosaan sains selama dasawarsa ini. Sains sekarang sudah terpola secara kultural dan struktural dengan paradigma barat untuk durhaka kepada agama, khusunya kepada ibu kandungnya yaitu islam.
Teori Darwin, Teori Freund, Teori Karl Marx, mereka adalah para pemerkosa Tuhan, ditangannya tuhan seolah-olah mati dan tidak ada harganya. Tuhan disingkirkan dari ranah ke-alaman dan dari kehidupan manusia. Maka pemikiran meaterialisme ini terakumulasi dalam otak para manusia dan timbulah dari sini pertentangan sengit antara sains dan agama, pengembangan sains tidak boleh disangkut pautkan dengan doktirin agama, sains baik dalam lingkup ke-alaman maupun kemanusiaan, harus objektif, bebas nilai (freevalue). Itulah virus sekularisasi yang akan berkembang kepada idiologi ateis.
Islam memelihara “ keperawanan ” Sains
Sains di kembangkan oleh umat islam karena landasan idiologis “IQRA”, yang menimbulkan rasa kaguman kepada Alam. Perintah iqra (bacalah) dengan membaca segala sesuatu yang besifat fenomena maupun nomenon (sesuatu dibalik penomena) dari alam (ayat kauniyyah) maupun dari ayat qur’aniyah. Kedua komponen ini adalah satu kesatuan dalam mencapai puncak kebenaran (The Ultimate True), bagaikan dua sisi mata uang yang tidak boleh dipisahkan, jika di pisahkan maka uang itu tidak kan berarti lagi. Keduanya harus saling menjelaskan (Reciprocal Enrichment). Keduanya pasti akan klop, jika tidak klop antara islam dan sains berarti ada yang salah.
Islam adalah pemelihara keperawanan sains, dalam artian sains tidak akan kehilangan suatu unsur yang sangat terhormat dan mulia, unsur penyebab utama dari segala sesuatu, yaitu unsur ketuhanan. “ bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan..!!!”, ayat suci inilah yang akan menjadi rujukan ilmuan muslim untuk mengintegrasikan penemuan sains dengan unsur ketuhanan, maka lahirlah sains yang menambah keimanan, sains yang tidak membuat kering jiwa, dan tentunya sains yang membuat kita sadar siapa diri kita?, siapa pencipta kita?, dari mana asal dan kemana kita kan berpulang?. -------- Wallahu A’lam Bishowwab------------