Minggu, 02 Oktober 2011

REINSTALISASI AKIDAH

Akidah adalah pondasi kehidupan manusia. Akidah jika kita analogikan dengan sebuah pohon adalah bagaikan akar yang menghujam kedasar bumi yang membuat pohon itu kuat berdiri tegag gagah perkasa berdiri bumi. Maka manusia yang memiliki aqidah yang kuat maka dirinya akan mendapati kekuatan dalam mengarungi samudra kehidupan. Seperti Bilal Bin Robah yang disiksa diatas pasir yang panas, dan ditindih dengan batu yang besar dia atas perut nya tidak membuat dia cenggeng dan mengeluh kepada Tuhanya, satu kata yang keluar dari mulutnya yaitu “ ahad….Ahad….ahad “. Siksaan yang bertubu-tubi tidak menjadikan dia keluar dari agama yang Allah ridhoi yaitu Al-islam. Badannya boleh terpenjara tetapi jiwanya adalah jiwa yang merdeka.
Akidah dari perfektif etimologi berasal dari kata “ aqada “ yang berarti mengikatkan. Dalam artian kita mengikatkan hati terhadap suatu hal. Jadi, keyakinan kita terhadap sesuatu, itu adalah akidah secara etimologi. (Dr. sholih bin fauzan,kitab tauhid.hal 3).
Aqidah Dalam Perfectif Syara’
Aqidah dalam perfektif syara meliputi keyakinan kita kepada Allah swt , malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, hari akhir dan keimanan kepada Qodho dan qodar yang baik dan yang buruk. Dalam term yang mashur hal ini disebut juga dengan rukun iman.
Landasan filosofis dari perumusan komponen-komponen iman ini adalah hadist yang datang dari sayyidina Umar bin khotob. Yang mencerikan tentang datangnya jibril kepada Rasulullah yang menyerupai seorang laki-laki dan mengajarakan kepada para sahabat Rasulullah tentang hakikat islam, iman, dan hirarkis tertinggi yaitu ikhsan. (Imam Nawawi, hadist rabaiin, No 2)
Pembagian syariat islam
Syariat islam terbagi menjadi dua, yaitu I’tiqodiyah dan amaliyah. I’tiqodiyah adalah syariat yang tidak ada hubunganya dengan tata cara amal secara aflikatif. I’tiqodiyah ini bersifat perbuatan hati, keyakinan dan keimanan kepada Allah swt secara rububiyahnya, uluhiyyahnya dan asma wasifatnya. Dan keimanan kepada rukun iman yang lainnya. Hal ini disebut sebagai ashliyah (pokok agama ). (Syarah Aqidah Safariniyah,1, hal 4).
Sedangkan amaliyah adalah segalahal yang berkaitan dengan ibadah yang kaitannya amal aflikatif . seperti melaksanakan rukun islam : mengucapkan kaliamat shadat, mendirikan sholat, zakat, shaum, haji. Dan perintah-perintah agama yang lain yang bersifat tatacara amaliyah. Hal ini disebut dengan “far’iyah” ( cabang agama).
Maka antara I’tiqodiyah dan amaliyah keduanya berkait erat tidak dapat dipisahkan sebuah konsep yang terintegrasikan. Keimanan tidak dapat dipisahkan dengan amal real. Seseorang tidak bisa mengaku beriman sebelum melaksanakan amal-amal yang diperintahkan Allah swt. Karena iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan membuktikan dengan amal real. Maka selaraskan antara hati, ucapan dan tindakan ke arah kebenaran iman. Maka itulah konsep keimanan yang benar.
Reinsatalisasi Akidah dengan Firman Ilahi
Meninstal ulang keimanan kepada Allah swt setiap waktu teramat sanga penting Agar menjadi power dalam gerak langkah kita. Karena keimanan adalah hal yang utama dalam kehidupan. Keimanan adalah mendeklarasikan kemerdekaan diri, seruan para nabi dan rasul . sebuh konsep ajaranan yang sama (the same hermiting concept) yaitu yang diemban oleh nabi dan rasul sejak jaman Adam As sampai jaman Nabi Muhammad Saw. deklarasi kemerdekaan dengan keimanan yang lurus yaitu menginternalisasi At-Tauhid kedalam jiwa-jiwa manusia.
“ Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut] itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)” (An-nahl : 36).
Konsep keimanan yang benar adalah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-sunah sesuai dengan pemahaman para sahabat Rasulullah shallalahu A’lahi wasalam. “ sesungguhnya aku meninggalkan dua perkara dan jika kalian berpegang teguh kepada keduanya maka tidak akan tersesat selamanya, dua perkara itu : Al-Qur’an dan As-sunah “. itu lah pesan Rasulullah Saw .

Aflikasi Tauhid secara All-out adalah kunci berjumpa dengan Allah swt

Bagi manusia-manusia yang sholeh, yang memilki jiwa-jiwa bersih dari benih-benih kemusyrikan perjumpaan dengan Allah swt di Surga adalah hal yang idam-idamkan. mereka tidak terperdaya oleh sesuatu apapun selain Allah. Karena sesuatu di dunia ini adalah penampakan yang fana (fatamorgana) . Harta yang dimiliki tidak akan di bawa ke alam kubur, sesuatu yang di bawa hanya sehelai kain kapan putih. Jabatan yang di agung kan di dunia tidak akan di bawa ke alam kubur. Manusia dari level apapun semua mendapat gelar yang sama “ Alm “ (al marhum) di akhir namanya ketika meninggalkan dunia. Hanya amal yang yang akan menemani sampai hari akhir, dan amal itu pula yang akan menolongnya dari kerasnya hari pembelasan.
“ Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS.Al-Kahfi ;110).
“sesungguhnya jika anda sedang dekat dan akrab dengan Allah swt, anda akan dibukakan pintu-pintu pengetahuannya, akan menjadi ringanlah kesulitan, menjadi manislah semua yang pahit dan menjadi gampanglah semua yang sulit, dan akan tercapailah semua yang anda cita-cita kan, Allah swt selalu memberi taufiq dengan segala keutamaannya”.(Ibnu Zauziy, Shaidul Khatir, Hal 109)

TAFSIR HERMEUNETIKA

“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS.AL-Jaatsyiah :23)

Issu hermenerika sebagai tafsir alternatif untuk Al-Qur’an begitu santer diperbincangkan oleh sebagian mahasiswa thawalib Jakarta yang intens mengamati dunia pemikiran. sebuah wacana “ Hermenetika Tafsir Alternatif Yang Relevan Dengan Jaman “ yang dilemparkan oleh salaseorang dosen menjelang pelaksaaan UAS ketika perkulihan berlangsung, so hal itu menarik untuk kami menanggapinya secara ilmiah dengan hujjah yang bisa dipertanggung jawabkan.

Pengertian hermeneutika

Hermeneutika merupakan derivasi dari bahasa yunani dari akar kata hermcneuin, yang berarti menafsirkan. Hermeneutika adalah metode penafsiran yang merupakan hasil dari perkembangan metode interpretasi mitologis, interpretasi teologis dan kini lebih dikenal dengan metode interpretasi filsafat. sebagai metode intepretasi teologis hermeneutika asalnya digunakan sebagai interpretasi bible (BibLical interpreation) dan sebagai metode penafsiran filosofis digunakan untuk menafsirkan ilmu-ilmu humaniora. Secara filosofis teori hermeneutika hanya layak digunakan untuk penafsiran-penafsiran teks-teks biasa dan tidak untuk kitab suci. Akan tetapi kaum orientalis yang berpengalaman dengan interpretasi bible ,mencoba melakukannya untuk Al-Qur’an. Ekperimen ini diikuit oleh Fazrurrahman, M.Arkoun, Shahrur Dan Nasr Hamid Abu Zayd. (Majalah Islamia, Vol.V No.1)

Hermeneutika menjadikan Al-Qur’an bukan lagi firman Allah yang harus di sucikan, tetapi Al-Quran kesuciaannya telah diporak porandakan oleh hermeneutika. Firman Allah disejajarkan dengan teks-teks biasa seperti karya tulis manusia biasanya. metode interpretasi hermeneutika filosofis Abu Zayd menyimpulakan bahwa Al-Qur’an adalah produk budaya ( Muntaj thaqafi) fenomena sejarah (zahirah tarikhiyyah) teks lingustik (An-nass al-lughowiyyah) dan teks manusia an-nas al-insan).

Jurus yang digunakan oleh Abu Zayd dalam memporak porandakan kesakralan Al-Qur’an adalah dengan mereduksi teks wahyu al-quran menjadi teks-teks manusia biasa yang tidak memiliki makna kesucian yaitu dengan mengesampingkan nilai-nilai kewahyuan yang terdapat di dalam Al-Quran. Hal ini adalah syarat mutlaq agar Al-Qur’an bisa di porak porandakan secara habis-habisan dengan analisa dan kritik teks dengan resep racikan hermeneutika filososfis.

Asbabul wujud adanya hermeneutika
Dr. Adian husaini dalam tulisannya di majalah islamia thun 1 no 1 menukil dari The New Encylopedia Britania yang menjelaskan bahwa hermeneutika adalah prinsip-prinsip general tentang interpretasi bible (the study of the general principle of biblical interpretation). Tujuan asalnya dari hermeneutika adalah untuk menemukan kebenran dan nila-nilai dalam bible.
Metode hermeuneutika memang pantas di gunakan sebagai metode tafsiran kitab bible atau kitab-kitab yang dibuat manusia. Kerena hermeuneutika menitik beratkan analisanya dan studi kritik teks terhadap sosio-kultur ketika teks itu di buat dan keadaan penulis waktu menulis teks tersebut.
Karena kitab bible dari sejak jaman dahulu di permasalahkan apakah benar kitab ini adalah firman tuhan?, ataukan ucapan manusia belaka. Maka seorang intelektual Richard Elliot Friedman menulis buku yang di beri judul “ WHO WROTE THE BIBLE “. Ini merupakan karya yang menghujat dan mempertanyakan ke sucian bible sebagai kitab suci, karena dalam fakta sejarah tidak di ketemukan siapakah sebenarnya yang menulsi bible itu.
Koar-Koarnya Abu Zayd Tentang Al-Qur’an Yang harus dihermeneutikasisasi

Abu zayd menyimpulkan bahwa pembacaan teks-teks ke agamaan (Al-Qur’an Dan As-Sunah ) hingga saat ini masih belum menghasilkan penafsiran yang bersifat ilmiah dan objektif bahkan masih di kerankeng dengan mitos, khurofat, tahayul dan masih bersifat lieteral, alias terlalu kaku dengan berpegang pada teks. Oleh karena itu untuk dalam mewujudkan interpretasi yang hidup dan saintifik terhadap teks- teks keagamaan, abu zayd menawarkan penafsiran rasional dan menekankan pentingnya kesadaran ilmiah dalam berinteraksi dengan teks-teks keagamaan (Abu zayd. Al-Qur’an Dihujat hal.6)

Maka dalam pandanganya tafsir-tafsir ulama yang ada hingga saat ini, termasuk kitaf tafsir ibnu katsir, tafsir ath-thobari dan kitab tafsir yang lainnya dari kalangan ulama adalah sebuah karya tulisan yang masih terkungkung oleh mitos, tahayul, tidak ilmiah dan tidak rasional.

Penafsiran idiologis yang dkecam oleh Abu Zayd adalah penafsiran yang mengutamakan tafsir ayat dengan ayat, ayat dengan hadist dsb. Tafsir yang model ini adalah tafsiran yang tidak objektif dan tidak rasioanal, maka dengan gaya penafsirannya, abu zayd menolak pemaknaan jin,syetan dan hal-hal yang ghoib lainnya sebagai mahluk-mahluk yang indefenden di luar manusia. Tetapi menurutnya harus di maknai dengan makna kiasan, yaitu kekuatan jahat dalam diri manusia (Naqd Al-Khitob Hal 206).

Sedangkan interpretasi rasional yang diinginkan abu zayd adalah corak pendekatan interpretasi yang dilakukan oleh golongan sang pencerah ( tanwiriyyun) dari kaum modernis yang sering disebut kaum sekuler. Karena pada intinya sekulerisme bagi Abu Zayd adalah tidak lain melainkan ajaran tentang “ interpretasi realistis dan pemahaman yang ilmiah terhadap agama “. Dengan demikain abu zayd merombak makna sekuler dan menolak tegas tuduhan kaum fundamentalis islam yang memandang golongan sekuler sebagai golongan yang memisahkan agama dari masyarakat dan kehidupan sosial. (Al-Qur’an di hujat. Hal. 23-24).

Jika kita ekplorasi lebih dalam terhadap pemikiran Abu Zayd, maka dasarnya konsep mitos Abu Zayd terpengaruh oleh pemikiran Rudolf Bultman (1884-1976) yang mencangankan demitologisasi terhadap perjanjian baru. Menurut Kang Bultaman Mitos hal-hal yang mencakup adanya mukjizat, adanya jin, syetan, dan hal-hal ghoib lainnya harus di tafsirkan dengan rasionalis dan empirisme yang tidak di kungkung oleh dogma dan doktrin agama. Maka secara tidak langsung Abu Zayd telah menyamakan Al-Qur’an yang suci dengan bible yang penuh dengan masalah. Dengan menggiringnya pada metode penafisran yang diaggap rasional. (hermeneutika filosofis). Inilah sebuah pelecehan yang terselubung.

Konsekuensi Terhadap Diretapkannya Hermeneutika Terhadap Al-Qur’an

Metode kritik sejarah yang terkandung dalam hermeneutika bila diterapkan dalam Al-Qur’an maka akan membawa dampak yang berbahaya. Sebab teks Al-Qur’an akan diposisikan sejajar dengan teks-teks buku biasa lainya (argument kesetaraan jender perfektif Al-qur’an. Paramadina, hal 265-266).

Hukum-hukum yang sudah qot’i akan menjadi begitu pleksibel dan bisa di tarik ulur sesuai dengan keadaan jaman dan waktu. Seperti alkhol atau babi yang sudah jelas haram akan menjadi boleh dimakan. Dengan rasionalisasi hermenutika. Al-kohol dilarang diwaktu jaman sahabat karena pada kondisi itu arab sangat panas dan akan membahayakan kesehatan. Berebda ketika kita tinggal di tempat yang begitu dinggin alkohol di bolehkan. Karena melihat sosio-kultur ketika al-kohol itu di haramkan. Dan banyak contoh yang lainya.
Hermeneutika mengajak kita untuk kufur tanpa kita sadari. Karena kesimpulan ekplorasi hermeneutika terhadap Al-quran adalah : al-qur’an adalah produk budaya (Muntaj thaqafi), fenomena sejarah (zahirah tarikhiyyah) teks lingustik (An-nass al-lughowiyyah) dan teks manusia (an-nas al-insan). hal ini menghilangkan kesakralan firman ilahi. Wallahu a’lam bishowwab

Kecintaan kepada Allah

Ketergantungan cinta kepada sang kholik seharusnta tidak boleh terhalang oleh kecintaan kepada selainnya, baik kecintaan kepada tahta, harta maupun wanita. Kecintaan kepada sang Kholik akan menjadikan jiwa seseorang berpaling dari selainnya. Karena dia menyadari bahwa kecintaan kepada selain Allah adalah kecintaan yang fana, sebuah cinta fatarmogana yang akan hilang seiring berjalannya waktu. Harta yang kita cintai tidak akan mengiringi kita sampai kenegri akhirat, tahta yang kita agungkan di dunia tidak akan menyelamatkan dari hari pembalasan dan wanita yang kita idolakan tidak akan menemani kita masuk kubur ketika kita tidak bernyawa lagi. Semua itu adalah kecintaan yang fana. Hanya kecintaan kepada Allah lah yang akan menyelamatkan kita dan akan membawa kita ketempat yang terindah di negri keabadian.
Rasa cinta yang dalam kepada sang kholik akan membuahkan rasa rindu dan menimbulkan gejolak yang membakar jiwa. Manusia yang memiliki hati jernih, jiwanya hanya diisi oleh kecintaan kepada Allah swt tidak tetipu dengan kecintaan yang bersifat materi. Tetapi manusia yang arif cintanya menerobos dunia materi. Dia mencintai apa yang dimilikinya bukan berdasarkan kecendrungkan hawa nafsu dan ambisi. Tetapi cintanya berlandaskan kecintaan kepada Allah. Apakah anda mampu membayangkan seseorang yang mencintai segala seseatu karena Allah. Seseungguhnya itulah kecintaan yang seseungguhnya. Semua dilandaskan kerena kecintaanya kepada Allah. Sungguh manusia seperti itu adalah manusia yang unggul. Unggul karena tidak tertipu dengan kecintaan shahwat dan kepentingan diri.
Kecintaan kita kepada manusia seringkali membuat kita terluka, karena manusia adalah mahluk yang tidak luput dari kesalahan. Tetapi rasa sakit tidak akan dialami oleh insan yang mencintai karena Allah swt. Apapun yang terjadi diluar pengaruhnya dia tetep ajeg berdiri bagaikan karang yang berdiri kokoh di lautan. Ya... karena orintasinya adalah Allah swt.
“Aku mencintai kekasihku, tak tercela aku karena cintaku kepadanya, namun mencintai mereka, banyak cela yang aku derita” itulah ucapan Rabiatul adawiyah. Disela-sela kholwatnya bersama sang ilahi.Seseorang yang sudah dekat dengan Allah swt mungkin saja merasakan kecintaan yang sangat khusu sehingga kecintaannya jauh ke luar alam sadar manusia, seorang ahli makrifat sudah tidak lagi berurusan dengan maksiat dan dosa. Dia beristigfar memohon ampunan ketika dia lupa dari mengingat Allah.
Kecintaan yang khusu saat bercumbu dengan Sang ilahi bisa di analogikan dengan seseorang yang sedang menikmati makanan lezat dan minuman yang menyegarkan, saat itu akal tidak lagi berfikir dan memikirkan bagaimana makanan itu dibulak-balik dalam mulutnya dan bagaimana pula mulutnya mengunyah dan menelannya. jiwanya sudah bersatu denga kelezatan itu sehingga melupakan dirinya dan apapun yang disekitarnya.
Manusia yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi (Arbab Al-Yaqzhah) akan selalu mencurahkan cintanya kepada sang kholik tanpa pernah diminta dan dituntut, rasa cintanya telah tertanam dan tumbuh dengan tulus dari dalam hati, mereka senantiasa merasakan kenikmatan dan makna hidup yang dalam dan terhindar dari perbudakan dunia, baik ketika dia memilikinya taupun tidak.
Karakter manusia yang hidup dalam kesadaran, mereka selalu meningkatkan semakin baik dari segi kualitas diri dan kehidupannya. Mereka tak mau berhenti dan terpukau dengan fatamorgana dunia. Karena mereka sadar kenikmatan fana dunia pada akhirnya akan berakhir dan bersifat sementara. Jiwanya tidak mau berpeluh keringat untuk mencapai kenikmatan sementara. Tatapi jiwanya mengingninkan kecintaan yang lebih dari itu. Kecintaan kepada sang kholik yang mereka tancapkan di dalam jiwanya, itulah kenikmatan hidup yang sebenarnya. Seperti perkataan Imam Al-Ghozali “bahagia dan kelezatan yang sejati, ialah apabila dapat mengingat Allah, Kelezatan dan kebahagian tertinggi adalah ketika berma’rifatullah karena, kebahigaan dari hal tersebut bersandar pada sesuatu yang maha indah dan maha abadi, berbeda dengan kebahagiaan yang bersandar pada kelezatan dunia semata yang bersifat materi yang semuanya hanya bermuara pada kepuasaan nafsu semata. Dan kebahagiaan karena akibat terpuaskan nafsu bersifat sesaat dan biasanyaa menyesakl yang berkepanjangan. Ketika ketika kita memebrikan segala sesuatu untuk terpuaskan nafsu, maka sang nafsu tidak aka merasa kenyang.
Manusia yang hidup dalam kesadaran senantiasa berfikir tentang hal yang lebih besar, lebih jauh dari yang ada. Mereka jiwanya akan selalu bergerak naik dan menanjak setiap kali mereka melihat sesuatu yang bisa diambil pelajaran darinya. Manusia yang malas dan lalai akan selalu berada dalam kerugian. Akal, hati, dan fikirannya beku dan kaku. Mereka akan selalu di dera kebingungan, kejumudan dan kegelisahan dalam hidupnya.
“ Jika hambaku bertanya tentang aku.. maka katakanlah sesungguhnya aku dekat...
bahkan lebih dekat dari urat leher “

PARADIGMA AKIDAH

Oleh : Misbahuddin
Membangun konsep aqidah dalam diri menunjukan bahwa kita peduli dengan keislaman kita, kita islam bukan saja karena kita terlahir dari rahim seorang ibu yang islam. Tetapi kita islam harus dengan kesadaran kita. Bahwa aku islam karena pilihan hidup ku... “ roditu billahi robba wabil islami diina “ (aku ridha Allah tuhanku, dan islam agama ku, dan Muhammad nabi dan Rasulku).
Membangun konsep aqidah dengan benar adalah sumber dari keselamatan hidup kita. Konsep aqidah yang dibangun dari perfektif al-Qur’an dan assunah dengan menggunakan pemahaman para sahabat Rasulullah menjadi sebuah patokan. Kenapa harus mengunakan cara pemahaman para sahabat Rasulullah.? Karena jika kita amati aliran-aliran teologi sempalan didalam islam baik itu khawarij, syi’ah, jabariyyah, Qodariyyah, dan aliran-aliran sempalan yang lainnya, mereka berhujjah (menguatkan pendapatnya) dengan menggunkan dalil-dalil al-qur’an dan al-hadist, akan tetapi ketika mereka memahami dua hal tersebut mereka menggunakan rasionalisasi sendiri. Dengan meningalkan pendapat-pendapat yang mu’tabar dikalangan ulama yang berpegah teguh terhadap ajaran Rasulullah.
Apa jadinya agama ini bila kontek keagamaan diserahkan kepada rasionalisasi masing-masing orang atau golongan??, niscaya agama ini akan hancur kawan. maka yang akan selamat adalah orang yang secara all-out mengiplementasikan pesan-pesan Al-qur’an dan as-sunah dengan pemahaman para sahabat Rasulullah. Maka sungguh benar sabda Rasulullah “umat yahudi akan berpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, umata nasrani akan perpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan dan umat islam akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya masuk neraka keculi satu golongan. Ketika ditanya siapa yang satu golongan yang selamat itu (al-Firqotun najiyah), maka beliau menjawab “ mereka adalah orang yang berada diatas ajaranku pada hari ini dan para sahabat ku (HR.Ahmad).
Filsafat Menjadi Parasit Bagi Aqidah
Ketika Aqidah dicoba diracik dengan ramuan filsafat niscaya tidak akan ada titik temunya. Atau bahkan menjadikan konsep iman akan rancu dan melenceng. Karena karakter filsafat mengkaji secara radikal permasalahan yang ada sampai ke akar-akarnya. Sedangkan masalah aqidah sendiri bersifat Taufiqiyyah, dalam artian sederhananya aqidah tidak dapat tetapkan kecuali ada dalil syar’inya. Tidak ada medan ijtihad atau rasionalisasi terhadap hal tersebut.
Hal-hal yang ghaib kita bisa mengetahuinya jika ada keterangan sendiri dari Allah atau Rasulullah, akal tidak bisa menentukan hal tersebut, dia hanya bisa berspekulasi meraba-raba dengan akalnya yang terbatas. Seperti seorang yang buta yang disuruh menjelaskan hakikat gajah, maka orang buta yang memegang tulalenya dia berkata gajah itu panjang dan kenyal dan kulitnya kasar. Berbeda dengan orang yang memegang telinganya, dia mengtakan gajah itu lebar dan kenyal.
“ fikirkanlah ciptaan ku dan janganlah kau fikirkan dzat Ku” dari keterangan ini ada sebuah pesan tersirat, bahwa akal manusia punya batasan tertentu dalam mengekplorasi kebenaran. Ketika akal dipaksakan untuk menembus hal-hal yang diluar jangkauannya maka pasti akan menghasilkan kesimpulan yang melenceng. Ketika mengukur sesuatu bukan dengan alat yang semestinya maka jangan diharafkan anda akan mengasilkan sebuah kesimpulan yang benar. Maka untuk keselamatan ikutilah aturan-aturan main di dalam beragama. Ada suatu hikah yang bisa dirasionalisasikan dan ada hikmah yang tidak dapat kita rasionalisasikan karena disebabkan keterbatasan kita.
Aqidah Merupakan Paradigma Pemersatu (Unifying Force).
Lihat para imam madhab, mereka berbeda dalam masalah fikih tetapi mereka sama dalam hal mengkonsepsikan Aqidah. Karena framework mereka sama dalam memahami masalah aqidah, Aqidah adalah maslah ushul yang bersifat taufiqiyyah, apa yang ada dalilnya mereka imani. Dan jika tidak ada dalilnya mereka tidak memaksakan diri berspekulasi dengan akal demi kepuasaan diri, karena hal itu bukan memberikan sebuah keberuntungan tetapi akan mendatangkan murka Allah sendiri. “ Berpegang teguhlah kepada tali Allah dan janganlah kalian bercerai berai!” (Ali-Imran :103).
“ maka jika datang kepada mu petunjuk dariku , lalu barang siapa yang mengikuti petunjukku, ia tidak akan tersesat dan tidak akan tercela “ (Thaha :123).
Disinilah kita dapati bahwa agama meliki aturan mainnya, itu semua diberikan demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Agama dibawa oleh rasulullah, dan kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya merupakan contoh iplementasi all-out ajaran islam. Ketika kita berislam tetapi kita lebih suka mengedepakan fatwa-fatwa para filosof dan mengesempingkan fatwa-fatwa dari rasulullah dan para ulama maka ada sesuatu yang salah disini... ada sebuah thinkcable (logika penalaran) yang salah. Seperti halnya kita mengagumi sala seorang seorang ustadz, katakan ustadz Jefri, tetapi didalam kenyataanya kita lebih banyak menukil ucapan dan menceritakan hal-ikhwal tentang AA gym... maka sangat aneh bin ajaib bukan..??.
Setiap Jaman Akan Terlahir Laskar-Laskar Pembela Aqidah At-Tauhid
Apa yang Allah janjikan pasti akan terjadi, maka ketika anda membaca sebuah petunjuk pencerah yang secara langsung ataupun tak langsung diberikan kepada anda, maka follow up nya terserah anda, jika anda ingin beruntung maka laksanakanlah petunjuk itu dan jadih The winer yang menjadi penyambung dan pelaksan dari titah-titah sang sang ilahi.
“ akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegar di atas al-haq, yang tidak terkena mudarat dari orang yang enggan menolong ataupun yang menentag mereka, sehingga datanglah keputusan Allah sedangkan mereka tetap dalam keadaan begitu. (HR.Bukhori).
Mari jadikan diri kita menjadi laskar-laskar Tauhid agar hidup kita bermakna, dan memberi pencerahan untuk diri, dan lingkungan kita. Menjadi manusia yang memberikan sebuah mamfaat bagi orang lain. Salam ikhlas.... ^_*

Keagungan Para Pencinta Sejati.......

Ketika seorang manusia dekat kepada sang kholik dengan kedekatan yang dalam dan tajam, saat dia bisa melihat kagungannya disegala seuatu yang dia lihat. Saat dia bisa merasakan kasih dan cintanya yang selalu menyertainya. Sungguh itu adalah nikmat yang tiada duanya, sebuah nikmat yang tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu apapun di dunia ini. ketika diri bisa mengenal wujud esensi dari segala yang ada, itu adalah sebuah kenikamatan yang harus di syukuri. Ketika diri hanya mendambakan keridhoannya dari setiap aktivitas yang dilakukan, sungguh nikmat... Dan diripun memiliki sebuah kekuatan yang besar... dan diri ini menjadi sumber inspiratif bagi yang lain. Karena manusia yang yang hanya menjadikan Allah swt sebagai orientasi hidupnya... sungguh penuh dengan enenrgi posistif yang terpancar ke luar dan mempengaruhi manusia di sekelilinnya.
Mari kawan kita menerpa diri kita, menanamkan benih cinta kepadan-Nya dalam setiap sujud, ruku dan doa kita.... sujudkanlah dengan penu kepasrahan...dan kehinaan di hadapanya... sungguh hina diri kita..kita hanya berdoa dengan tulus dan berharap ketika kita ditimpa ujian yang menyesakan hati, ketika kita sudah terlepas dari semua cobaan hidup, kita kembali lupa kepadanya.....ibadah yang kita lakukan hanya sebatas mengugurkan kewajiaban saja.... ketika kita beribadah kepadanya-Nya kita ingin cepat-cepat selesai...tuhan sungguh tidak berarti ... kita lebih kuat memegang HP seharian untuk up date status atau pun yang lainnya dari pada untuk meng up date kecintaan kita kepadanya dengan merenungkan firman-firmannya.... kita lebih asyik membaca novel daripada mendalami dan menghayati Al-qur’an... coba tanya pada diri kita....sejauh manakah kecintaan kita kepada Al-Qur’an??...sungguh kecintaan kita kepada Allah swt sebanding lurus dengan kecintaan kita kepada Al-Qur’an....
Oh..Aku Masih Munafiq Ya.. Allah.....
Sebenernya kita adalah insan-insan yang masih munafiq... iman kita hanya sebatas dibibir belaka. Keimanan kita belum terwujud dalam kehidupan sehari-hari.. kita sering terjebak dalam rutinitas kita tanpa menanamkan tetetesan iman kedalamnya... hati kita masih berorientasi kepada harta. Kehorman diri, pencintraan diri di hadapan manusia... sungguh indah perkataan hikmah ini “jadilah engkau manusia yang paling baik di hadapanAllah, jadilah engkau manusia yang paling hina di hadapan dirimu, dan jadilah engkau manusia yang biasa di hadapan manusia yang lain”. Kita terbalik 180 derazat...kita mengeluarkan segala usaha kita untuk tampil baik di hadapan manusia, tampil pintar, tampil keren dengan segala asesoris dunia .. tetapi kita tidak ingin tampil keren dan tidak ingin memberikan yang terbaik dari diri kita ketika kita berhadapan dengan Allah.... sungguh dimanamapun kita berada Allah selalu bersama kita kawan... mari kita luangkan waktu untuk bercumbu denganya ditengah gelap dan heningnya malam...ketika manusia tertidur, kita terbangun untuk mewujudkan cinta hakiki...
Para sahabat Rasulullah sungguh mereka adalah pribadi-pribadi yang uggul. Mereka mampu membangun cinta vertikal ( Hablum minallah) dan mampu membangun cinta horizontal (hablum minannas)yang baik. Begitu banyak cerita tentang mereka yang menggetarkan jiwa kita. Kecintaan mereka kepada Allah mengalahkan kecintaannya kepada yang lain. Kecintaan mereka menjadi sebuah kekuatan yang dahsat yang mampu menggulingkan negara adikuasa seperti persia dan romawi. Dengan kecintaan mereka ...dunia ini telah merasakan islam yang begitu indah rahmatal lilalamin...keyakinan mereka kepada firman Allah..sungguh membuat mereka menjadi para pendekar dan panglima perang yang disegani. “ sungguh aku mendapati pada masa rasullulah dan setelah wafatnya lahir para panglima-panglima perang yang tangguh, lebih tangguh dari Napoleon bonavarte bahkan lebih tangguh dari pangeran Aleksander agustine “ begitu kira-kira testimoni dari seorang orientalis.
Balada Para Pencinta Sejati....
Tidak terlihatnya Allah bukan alasan untuk tidak mencintainya..sering kita terjebak oleh indra kita. Kita hanya mengagumi sesuatu yang bisa dilihat...tetapi kita lupa untuk melihat sesuatu itu dengan mata batin kita... bahwa ada sesuatu yang abadi, sesuatu yang maha indah di balik sesuatu yang kita lihat.
Suatu ketika Abu ubaidah Al-Khawwas berjalan di tengah pasar dengan berkata, “ alangkah rindunya aku kepada zat yang melihatku meski aku tidak bisa melihatnya.” Al-fath bin Sakhraf berkata “ telah lama ku pendam rinduku untukmu . aku selalu siap datang menemui mu “.Ibnu uqail berkata “menuangkan seluruh hasrat kepadanya lebih baik dari pada berpura-pura baik dihadapan mahluk,” Sungguh indah perkataan-perkataan mereka ini, perkataan yang meloncat indah dari jiwa yang akrab dengan Allah. Hati yang telah ditanamkan kecintaan yang hakiki pasti akan menghasilkan buah ucapan dan tindakan yang mengagumkan dan menjadi sebuah inspirasi yang tidak lekang oleh waktu dan tempat....subhanallah....
Yuk ...Ah Merenung Sejenak....
I miss you so much...harusnya kita ucapkan karena landasan kecintaan kita kepada Allah, bukan karena landasan sahwat belaka. Tidaklah kita dapati para pemabuk cinta sejati yang lebih baik dari pada kantuknya seorang yang gemar tahajud. Tidaklah kita dapati yang lebih baik dari pada seseorang yang tenggelam dalam kecintaan kepada Allah. Tidaklah kita dapati air yang lebih baik dan lebih bening dari pada air mata seseorang yang menyesali dosa pada malam gelap gulita, tidaklah kita dapati tertunduknya kepala yang lebih baik dari pada tertunduknya kepala yang yang mengakui segala kesalahanya di hadapan Allah. Tidaklah kita dapati tangan yang menengadah yang lebih baik dari pada tangan yang menengadah mengharaf dan meminta keridhoanya,adakah hati yang bergerak dengan suara sesegukan dan tangis pilu lebih mulia daripada seseorang yeng tenggelam dalam munajat kepadanya...berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai yang terbaik adalah hal yang sangat terpuji apalagi berusaha untuk selalu dekat dan taat kepada Dzat sang pemebri nikmat.......... ^_^

MEMBONGKAR ESENSI SEKULARISME

Terpuruknya islam sebagai sebuah sistem kehidupan yang sempurna didalam kancah pertarungan dunia, bukan semata-mata faktor dari dalam saja (interen factor ), tetapi ada faktor luar (extern factor), kita bisa lihat serangan-serang kaum anti islam melakukan serangan-serangan untuk menghegemoni umat islam dengan makanan, pashion dan hiburan yang berkiblat ke barat. Hal itu semua mengadung Virus-virus sekularisme yang terpendam. Disini telah terjadi psywar (gojul fikri), yang sayangnya kebanyakan umat islam tidak meyadari bahwa sebenarnya kita sedang bertempur dengan antek-antek sekularisme yang bergerak sperti kaum undergrown.

Esensi Virus Sekularisme

Sekularisme dilihat dari perfektif historisnya lahir dari millieu barat. Virus sekularisme muncul dan berkembang biak menjadi embrio-embrio sebagai reaksi terhadap kritinisme pada akhir abad pertengahan. Sekularisme adalah isme (paham atau aliran) dalam sebuah kultur budaya yang dapat kita identifikasi . Sekularisme merupakan paham atau aliran yang memusatkan kepada masalah-masalah dunia. Sekularisme merupakan paham yang sengaja mengasingkan dan menyisihkan peran agama atau wahyu dari hidup dan kehidupan manusia di dunia ini, secara simplenya, nilai-nilai ilahiyyah jangan di bawa kedalam ranah dunia, negara dan masyarakat (Endang Saefudin Anshori,1973:7).

Sekularisme merupakan sebuah pandanagan hidup (way of life) yang menguburkan nilai-nilai agama dari kehidupan manusia, mereka membatasi bahwa agama cukup ruang lingkupnya di dalam tempat-tempat peribadatan saja. Nilai-nilai agama jangan ikut campur dalam urusan-urusan diluar tempat ibadah. Sekuralisme telah mereduksi nilai agama khusunya islam secara perlahan tetapi pasti. Buktinya manusia yang mengaku islam tetapi tidak mau mengunakan nilai-nilai islam dalam mengatur kehidupannya. Bahkan mereka lebih rela diatur oleh aturan-aturan yang dibuat manusia itu sendiri. Sungguh aneh bukan, aturan dari sang pencipta yang maha tahu apa yang terbaik untuk hambanya mereka tolak mentah-mentah sedangkan aturan-aturan yang dibuat manusia yang terbatas mereka rela di atur olehnya.

Jika kita bongkar akar Sekuralisme sebagai sebuah pandangan hidup (world view), maka kita akan dapati didalamnya sebuah sistem keyakinan (kepercayaan), sisitem pemikiran, sisitem filosofis, sistem sains dan sistem idiologi.

Sekuralisme Sebagai Sebuah Sistem Keyakinan

Esensi dari sekuralisme adalah menuhankan diri manusia. Bilieve it or not??. Coba perhatikan dan renungkan pernyataan-pernyataan dari para pemikir yang pembawa panji sekuralisme.

 Kaum filosof rasionalis, R.F. Beerling mengatakan : “ Alam semesta bergantung pada manusia, akal tidak merasa puas dengan pengetahuan obyektif semata-mata untuk pengetahuan itu, tetapi berhasrat untuk menguasai dunia alam dan sejarah. Oleh karena keinginan itu, maka permukaan bumi berubah seperti belum pernah terjadi sebelumnya “. (abdul Qodir djaelani, sekuralisme versus islam, hal 2).
 Aliran naturalis-humanis berpendapat bahwa “hukum-hukum alam itu adalah bentukan manusia, sehingga mereka meyangkal segala bentuk yang supranatural, yang berperan sebagai pemberi hukum kepada alam semesta”.
 Neo kantianisme berpendapat : ‘ hanya fikiran yang dapat menghasilkan yang sah berlaku sebagai wujud, demikian pikiran itu dapat disebut pencipta dan pembina dunia”.
 Kaum ilmuan empiris, John lock dan David Home berkata ; “ hanya empiris atau pengalamn inderawi yang adapat diterima sebagai sumber pengetahuan dan seklaigus sumber kebenaran”.
 Kaum mistik (irasional), Henri bergson ; “ bila kita telah menemui diri kita yang sebenarnya, maka kita akan menemui inti, hakikat dari segala kenyatan kebenaran yang berada disekitar kita, dan ini adalah prestasi dari intuisi”.

Dari pendapat- penadapat diatas baik kaum pemikir yang menjadikan rasio sebagai ukuran tertinggi dalam menentukan parameter kebenaran, kaum ilmuan yang yang menjadikan pengalam indera /empiris sebagai ukuran tertinggi parameter kebenaran, atau bahkan kaum suffi yang menjadikan intuisi sebagai ukuran tertinggi dalam menentukan kebenaran tertinggi. Mereka semua telah menjadikan diri manusia sebagai tuhan, sebab, baik akal yang bersemayam di dalam otak, pengalaman yang bersemayam di dalam panca indera. Maupun intusi yang bersemayam di dalam hati, semua itu berada dan berpusat pada diri manusia. So. manusia sekuler telah menjadikan dirinya sebagai patokan kebenaran, secara tidak langsung mereka telah menuhankan dirinya sendiri.

Sekuralisme sebagai sebuah sistem pemikiran

Sistem pemikiran yang terkandung dalam sekuralisme adalah anthroposentris (anthro : manusia, sentris : pusat). Dalam artian menjadikan manusia pusat batu ujian tentang kebenaran dan kepalsuan memberi kriteria baik dan buruk, indah dan jelek (Ali syariati, 1983, 56).

Apakah mungkin manusia yang memiliki keterbatasan, mahluk yang tidak luput dari kesalahan dijadikan patokan kebenaran. Bahkan manusia belum bisa mengekplorasi kedalam dirinya sendiri secara mendalam. Apalagi dipaksakan menetukan sebuah kebenarah hakiki. bahkan Manusia masih misteri bagi dirinya sendiri. Jika kita amati pendapat-penadapa para ahli fikir, filosof ilmuan kita akan dapati pernyataan itu. Alexis careel : ‘ manusia sebagai yang belum dikenal. (Ali Syariati, 1983, 56)

P. leenhowers ; “ betapa besar usaha manusia menyelami dirinya dan bermenung tentang dirinya, selain ia akan berhadapan dengan kegelapan hidupnya, manusia tidak pernah berhasil menembus nya secara menyeluruh, ia menjadi orang asing bagi dirinya sendiri, hidupnya penuh dengan misteri “.

Sekuralisme sebagai sebuah sistem filosofis

Dari sisitem pemikiran anthrosentris, yaitu menjadikan manusia sumber penentu kebenaran, penentu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang dikatakan indah dan mana yang dikatakan buruk, maka sekuraliasme hanya mengandalkan akalnya saja sebgai satu-satunya narasumber dalam mendaki kebenran hakiki, dengan metode spekulasi, radikal menukik kepada hal-hal dibalik realitas , semuanya hanay tunduk pada logika akal, narasumber lainnya seperti intusi dan empirisme disingkirkan jauh-jauh.

Jika kita menerawang sejarah ke jaman para filosof kita akan dapati pendapat-pendapat yang berebeda antara satu flosof dengan filosof yang lain dalam menginterpretasikan hakikat kebenaran, Thales menyatakan bahwa hakikat kebenaran dunia ini adalah air, anaximandros berpendapat apoiron : sesuatu yang tidak serupa dengan apapun, anaximenes berpendapat udara, Heraklietos berependapat tuhan yang esa yang tidak bergerak dan mengisi seluruh alam, parmanides berpendapat pikiran, pyhthagoras berependapat tuhan emperdoklas berpendapat udara, api, air, tanah. (Muhammad hatta, 1958, 5-43).

Pendapat-pendapat para filosof yunani kuno diatas berebeda dengan para filosof abad modern seperti plato yang berpendapat bahwa hakikat kebenaran adalah cita, aristoteles berpendapat entologi, spinosa berependapat subtansi, hegel berepndapat roh, Karl marx berpendapat perjuangan kelas, schopenhouer berpendapat kemauan, henri bergson berpendapat elanvital, (Abdul Qodir Jhaelani, sekularisme versus islam, 1999, 4).

Perbedaan pendapat antara satu pemikran dengan pemikiran tidak lah aneh dalam dunia filsafat, karena subtansi dari filsafat adalah berfikir secara radikal tentang hakikat sesuatu. Maka akan lahirlah hasil perenungan yang berbeda, ciri khas dari filasat adalah perbedaan pedapat, jika semua filosof mengeluarkan statement yang sama dari hasil ekplorasinya maka filsafat akan mati. Karena tidak ada lagi kontfrontasi pemikiran. Filsafat hidup karena adanya konfrontasi antara satu pendapat pemikiran dengan pemikiran yang lain.

Kegagalan Sekuralisme Dalam Membina Dunia

Muhammad natsir berkata “demikian keadaan manusia modern yang bersifat ilmiah, berjiwa kemanusiaan dan berpendangan hidup sekular itu, yang dalam suatu jaman lampau mendakwakan dirinya telah memeberi penyelamatan kepada umat manusia dari apa yang dinamakan “tiraninya takhayaul agama dan gereja”, kini peradaban modern menyadari bahwa keadaan tidaklah damai lagi, karena dia dibelenggu nafsu materi yang tidak ada batasnya dan senantiasa disibukan segala macam ambisi yang tidak terkendali hampa dari setiap bimbingan spritual, ruang hampa dalam jiwa manusia telah menjerit, meminta bimbingan spritual , agar membuat kehidupn ini cukup bernilai untuk dijalani. Dengan kata lain manusia sekerul itu telah mengalami “ kehampaan spritual (spritual vacuum)”, kelaparan spritual, yang tidak kalah berbahayanya dari kelaparan jasmani, (Muhammad Natsir. 1980, 15-16).

Islam adalah problem solving “ jalan keluar” menuju kehidupan yang berperadaban tinggi yang menjungjung nilai spritual, nilai kemanusiaan dan nilai intelektual. Islam adalah agama yang sudah paripurna, sebuah way of live yang diturunkan dari sang penguasa alam untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Wallahu A’lam Bishowwab