Minggu, 01 Mei 2011

MEMBONGKAR FILSAFAT ONTOLOGI

MUQODDIMAH
Ontologi merupakan salasatu diantara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran barat sudah menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. Yang tertua diantara segenap filsuf barat yang kita kenal ialah orang yunani yang bernama Thales. Atas perenungannya terhadap air yang terdapat dimana-mana, ia sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan subtansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Yang terpenting bagi kita sesungguhnya bukanlah ajarannya yang mengatakan bahwa air adalah sumber dari segala sesuatu, tapi yang penting bagi kita adalah bagaimana paradima dalam memahami suatu hal, dan mencoba membongkar haqiqat dari segala yang ada dan mungkin ada, bahwa segala sesuatu mungkin bisa bermula dari satu entitas atau satu subtansi belaka.
Thales merupakan orang pertama yang “keukeuh petekeuh” dalam pendiriannya yang sangat kontras sekali dengan pemikiran-pemikiran orang disekelilingnya, sebuah pendirian yang sangat sangat menyendiri dari sebuah kebiasaan, disinila keunikan tokoh tersebut, diwaktu itu segala sesuatu dipandang sebagaimana adanya yang wajar. Apabila orang yang disekitarnya menjumpai kayu, besi, batu, air, daging, dan sebagainya, hal-hal tersbut dipandang sebagai suntansi-subtansi yang berdiri sendiri. Mereka pada saat itu tidak membedakan antara penampakan (appearance) dengan kenyataan (reality).
Ontologi yang melukiskan tentang haqiqat yang ada atau haqiqat kebenaran itu sendiri, yang dimana setiap pemikir atau kita katakan filosof pasti berbeda dalam menistimbat sebuah kesimpulan dari hasil pemikiran yang dalam untuk mendombrak misteri yang sangat subtantif dari segala yang ada dan mungkin ada, maka disini akan lahir sebuah embrio-embrio pemikiran hasil dari pendalaman objek ontologi, yang akan dibahas di pembahasan yang dalam di pembahasan selanjutnya.
Ontologi dalam khazanah pemikiran islam disebut dengan al-maujud (sesuatu yang ada), yang tidak ketinggalan pada tulisan ini adalah akan ditampilkan para pilosof muslim yang mengeluarkan “curahan hati” mereka tentang sesuatu yang maujud, mumkin al-maujud dan wajib al-maujud, kita akan menemukan dan menjelaskan istilah-istilah tadi di halaman selanjutnya dalam curahan hati para pilosof muslim tentang penyingkapan mereka tentang ontologi atau al-maujud.
Selayang pandang tentang term ontologi
Ontologi merupakan salasatu cabang yang bermuara pada filsafat ilmu, selain pembahasan epistomologi ilmu, dan aksiologi. Obyek telaah ontologi adalah yang ada, studi tentang yang ada, pada dataran study filsafat pada umumnya dilakukan oleh metafisika, istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat Ilmu.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang suatu yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus : menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.

Obyek formal ontologi adalah haqiqat seluruh realitas . bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaah akan menjadi telaah monisme, paralelisme, atau prulalisme. Bagi pendekatan kualitatif , realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Reperensi tentang kesemuanya itu penulis kira cukup banyak. (filsafat ilmu, Prof.Dr.H. noeng muhadjir, 2001, jakarta, RAKESARASIN).

PENGERTIAN ONTOLOGI

Membongkar misteri di balik term “ontologi” kita awali dengan pendekatan kebahasaan dulu (language approach): ontologi dalam bahasa inggris : ontology, dari bahasa yunani berarti : on, ontos (ada, keberadaan)logos (studi, ilmu tentang). (kamus filsafat, lorens bagus).


Beberapa pengertian-pengertian lain yang penulis dapatkan dari kamus filsafat ilmu karangan lorens bagus, adalah diantanya sebagai berikut ;

 Studi tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri yang berbeda dari studi tentang hal-hal yang ada secara khusus. Dalam mempelajari yang ada dalam bentuknya yang sangat abstrak studi tersebut melontarkan pertanyaan sepeti: Apa itu ada dalam dirinya sendiri??, apa haqiqat ada sebagai ada??.

 Cabang filsafat yang menggeluti tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, yang menggunakan katagori-katagori seperti ; ada/menjadi, aktualitas/potensialitas, nyata/tampak, perubahan, waktu, eksistensi/noneksistensi, esensi, keniscayaan, yang ada sebagai yang ada, ketergantungan pada diri sendiri, hal mencukupi diri sendiri, hal-hal yang terakhir, dasar.

 Cabang filsafat yang mencoba a) melukiskan haqiqat ada yang terakhir (yang satu, yang absolut, bentuk abadi sempurna), b) menunjukan bahwa segala hal tergantung padanya bagi eksistensinya, c) menghubungkan fikiran dan tindakan manusia yang bersipat individual dan hidup dalam sejarah dengan realitas tertentu.

 Cabang filsafat a) yang melontarkan pertanyaan “apa arti ada, berada??”(mempertanyaan yang sama dilontarkan tentang katagori-katagori atau konsep-konsep lain yang digunakan dalam dan b) yang menganalisa bermacam-macam makna yang memungkinkan hal-hal dapat dikatakan “ada, berada”

 Cabang filsafat yang a) menyelidiki setatus realitas suatu hal (misalnya, “apakah objek pencerahan atau persepsi kita nyata atau bersifat ilusif (menipu)??.”Apakah bilangan itu nyata??” “apakah pikiran itu nyata??, b) menyelidiki jenis realitas yang dimiliki hal-hal (misalnya, apa jenis realitas yang dimiliki bilangan?? Persepsi ?? pikiran??), dan c) yang menyelidiki realitas yang menentukan apa yang kita sebut realitas dan /atau ilusi (misalnya, “apakah realitas atau ciri ilusif suatu pikiran atau objek tergantung pada pikiran kita, atau pada suatu sumber eksternal yang independen??”)

Renungan Beberapa Filsuf Dalam Menyingkap Tabir Misteri Di Balik “Ontologi”
Istilah ontologi berarti “pengetahuan tentang yang ada”, dalam mengacu kepada suatu bagian filsafat yang materi pokoknya adalah pengetahuan yang semacam ini. Term ontologi muncul sejak jaman yunani tapi istilah ini sangat populer atau menjadi issu yang hangat pada abad ke 17, ketika direonasikankan oleh Goclenius tahun 1636, digunakan oleh Clauberg tahun 1647, Micraelius tahun 1653, dan Du Hamel tahun 1663. Diterima oleh Leibniz, Wolff, dan Baumgarten istialh ini telah menjadi baku pada akhir abad tersebut. Selain asal-usulnya , tak pernah ada pesetujuan yang luas tentang pemakaiannya. Hubungan antara metafisika dan ontologi tetap tidak jelas, dan sering orang menyamakannya.
a) Clauberg menyebut ontologi “ilmu pertama”, studi tentang yang ada sejauh ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk Allah dan semua ciptaannya, dan mendasari baik teologi maupun fisika. Studi ini mencakup prinsip-prinsip dan atribut-atribut yang ada, maupun analisis sebab, tatanan, relasi, kebenaran, dan kesempurnaan. Dia juga menyebut disiplin ini ontoshopia , yang mempunyai arti yang sama dengan ontologi, dan kemudian lebih senang dengan istilah ini . kadang ontologi dan ontoshopia digunakan secara bergantian.
b) Wolff mendifinisikan ontologi sebagai ilmu tentang yang ada pada umumnya, dan menggunakan “filsafat pertama” sebagai sinonimnya. Metode deduktif, dan tujuannya ialah terciptanya suatu sisitem kebenaran yang niscaya dan pasti. Prinsip nonkontradiktif dan prinsip tiada jalan tengah merupakan alatnya.

c) Baumgarten mendefinisikan ontologi sebagai studi tentang “predikat-predikat yang paling umum atau abstrak” dari semua hal pada umumnya. Ia menggunakan istilah “ontosopia”, “metafisika universal”, dan “filsafat pertama” sebagai sinonim ontologi.

d) Istilah ini masuk dengan mulus kedalam pemikiran skolastik, dimana ia diidentikan dengan “metafisika umum”, studi mengenai sifat-sifat dari yang ada sejauh ada (termasuk transidental), dan berbeda dengan “metafisika khusus” yang berurusan dengan aspek-aspek dari yang ada yang berada dalam jangkauan pengalaman biasa.

e) Herbart mengkontraskan metodologi dengan ontologi. Yang pertama bertugas mereduksi kontradiksi-kontradiksi di dalam data. Yang terakhir merupakan metode pemahaman realitas sejati (non kontardikter).

f) Rosmini serbati mengkontraskan ontologi dengan teologi dan kosmologi. Ontologi adalah doktrin universal tentang yang ada. Teologi adalah doktrin tentang yang ada absolut. Kosmologi adalah doktrin tentang yang ada relatif dan terbatas.
g) Bagi Geoberti ontologi adalah disiplin filsafat dasariah.

h) Husserl membedakan ontologi formal dari ontologi material, dua-duanya berurusan dengan analisa-analisa esensi. Ontologi formal, yang bergumul dengan esensi formal atau universal, merupaka basis terakhir dan terdalam dari semua ilmu. Ontologi material yang menggeluti esensi-esensi material atau regional, merupakan basis dari semua ilmu faktual. Ontologi-ontologi material bersifat regional, dan ontologi-ontologi regional berbasis ontologi formal
Term Ontologi Dalam Perjalanan di Panggung Sejarah

Pembahasan mengenai ontologi sudah muncul sejak jaman yunani, tapi menurut penelitian term ontologi muncul sekitar pertengahan abad ke 17, mungkin pada abad 17 term ontologi lagi rame-ramenya atau dalam istilah saya “hot issue” pada mas itu, dan pada waktu itu ungkapan filsafat mengenai yang ada (philosopia entis) digunakan untuk hal yang sama. Menurut akar kata yunani, ontologi berarti : teori mengenai yang ada yang berada.
Karena itu, orang bisa menyamakan ontologi dengan filsafat pertama Aristoteles, yang kemudian disebut metafisika (murni atau umum). Namun, pada kenyataanya, ontologi hanya merupkan bagian pertama metafisika. Yakni, teori mengenai yang ada, yang berada secara terbatas sebagaimana adanya dan apa yang secara hakiki dan secara langsung termasuk ada tersebut. Sebagaimana diketahui aristoteles dan Thomas pada jaman dulu, studi mengenai eksistensi dan studi mengenal Allah hanya merupakan problem tentang eksisitensi yang dikembangkan secara lebih maju. Dan problem yang disebutkan diakhir ini tidak lain daripada problem tentang Allah yang lebih maju. Namun, karena eksistensi dan Allah memisahkan diri satu dari yang lainya sebagai dua kutub, mungkinlah untuk terutama berkonsentrasi pada eksistensi, dan karena itu kita tiba pada ilmu tentang ontologi.
Karena ontologi menjadi suatu cabang khusus pengetahuan teristimewa melalui karya christian wolff hubungan antara eksistensi dan Allah dalam pemikiran modern menjadi sangat berbelit-belit. Kant membuang sekaligus pengetahuan tentang Allah dan pengetahuan tentang eksisitensi, karena dalam pandangannya eksistensi tidak dapat diketahui. Dia melihat dalam kesadaran manusia kenyataan terakhir. Segala sesuatu yang lainnya harus diketahui dan ditelusuri kembali pada kenyataan terakhir. Bertentangan dengan Kant, dalam abad ke 20 telah tumbuh suatu ontologi baru yang berasal dari neo-kantianisme dan filsafat eksistensial sebuah ontologi yang sekali lagi mengambil eksistensi sebagai yang terakhir.,
Nicolai hartman menutup pintu ontologisnya bagi gagasan tentang Allah dan eksistensi yang dianggap heidegger sebagai dasar eksisten terbatas yang seluruhnya tetap tidak dapat dijelaskan. Apa yang dituntut dari ontologi pada masa ini adalah : menjelaskan dan menilai pemikiran awal ini ; mengatasi semua hambatan rasionalistis dan rintangan Kant dan memahami tradisi metafisik.

Pada taraf yang lebih dalam, term ontologi menunjukan hubungan antara eksistensi dan roh. Karena roh tampak sebagai tempat dari eksistensi sebagaimana adanya atau didalam eksistensinya, eksisten mewujudkan dirinya. Karena itu roh muncul sebagai jenis eksistensi primordial di mana eksistensi sungguh-sungguh merupakan dirinya sendiri, dan hadir bagi dirinya sendiri. Karena itu, semakin suatu eksisten mendekati roh atau merupakan roh, semakin tinggi pula tingkatan /skala eksistensi itu. Dalam tahun-tahun belakangan ini terdapat kecendrungan untuk semakin lama semakin memisahkan eksistensi dari roh dan tidak adanya roh telah dianjurkan sebagai ukuran tingkatan eksistensi (sartre). (Lorens bagus, Kamus filasafat).
Ontologi Dalam Perpectif Pilosof Muslim
1) Al-Farabi curhat maasalah ontologi.
Al-Farabi seorang aktivis tasauf dan filsaafat yang melahirkan banyak karya dalam bidang pemikiran dari mulai hal yang berkaitan dengan teologis ataupun masalalah politik, salasatu karya yang monumental nyaadalah : Ara’ ahli Madinah al-fadilah.
Masalah ontologi yang tidak luput dari bahan pemikiran Al-Farbi karena merubakan cabang dari filasafat yang sangat urgen karena membahas sesuatu yang ada dan menyingkap hakikat dibalik yang ada, beliau mengeluarkan curahan hatinya (dibaca; curhat) hasil dari perenungan yang dalam (a deep contemplation) tentang hakikat segala sesuatu yang nampak di alam semesta ini??, apakah sumber utama dibalik semua itu?? Apa yang kita lihat realitaskah atau hanya sebuah “penampakan” dari realitas??,
Dengan falsafah Al-Farabi yang dikenal dengan konsep emanasi (pancaran), dalam teori tesebut dijelaskan bagaimana sesuatu yang banyak di alam ini ada dan bisa ada dari sesuatu yang satu. Tuhan bersipat satu, tuhan bersipat maha satu, tidak berubah, jauh dari materi, jauh dari arti banyak, maha sempurna dan tidak berhajat kepada apapun, jikalau demikian hakikat sifat tuhan, bagaimana dengan terjadinya alam materi ini yang sangat banyak dari sang mahasatu?? .(falsafah dan mistisme dalam ilam)
Teori emansi merupakan hasil dari sebuah renungan tentang tentang hakikat dari semua yang ada, semua bersumber dari hakikat yang satu, penggerak yang utama (prima klausa) dari segala sesuatu, tuhan sebagai akal, berfikir tentang dirinya, dan dari pemikiran ini timbul suatu maujud lagi, tuhan merupakan wujud pertama dan dengan pemikiran itu timbul wujud kedua yang juga mempunyai subtansi. Ia disebut akal pertama (firt intelligence) yang tidak bersipat materi . wujud kedua ini berfikir tentang wujud pertama dan dari pemikiran ini timbul wujud ketiga di sebut akal kedua (second intelligence).
Wujud kedua atau akal pertama itu juga berfikir tentang dirinya dan dari situ timbulah langit pertama (first heaven), dan begitu seterusnya sampai menghasilkan akal ke sepuluh, berhentilah terjadinya atau timbulnya akal-akal .tetapi dari akal ke sepuluh munculah bumi serta roh-roh dan materi pertama yang menjadi dasar dari keempat unsur, api, udara, air dan tanah.
Sunguh rumit bukan teori ini ??, bukan pembaca makalah ini saja yang bingung tapi harun nasution juga bingung tentang apa yang beliau tulis, saking tingginya pemikiran Al-farabi , terbukti dengan catatan terakhir dari tulisannya “tidak jelas apa yang dimaksud Al-Farabi”. ini menunjukan bahwa ilmu filsafat adalah ilmu untuk para intektual bukan bahan sajian untuk orang-orang awam.

2) Ibnu sina curhat juga masalah ontologi (al-wujud).
Bagi ibnu sina sifat wujudlah yang terpenting dan yang mempunyai kedudukan diatas segala sifat lain, walaupun esesensinya sendiri, essensi dalam perfektip ibnu sina, terdapat dalam akal, sedangkan wujud terdapat diluar akal, wujudlah yang membuat tiap essensi yang dalam akal mempunyai kenyataan diluar akal. Tanpa wujud, essensi tidak begitu pundamental artinya, oleh sebab itu wujud lebih penting dari essensi. Tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa ibnu sina telah terlebih dahulu melauncing falsafat wujudlah atau existentialism dari filosof-filosof lain.
Kalau kita mengekplorasi agak lebih dalam lagi, kita bisa mengkombinasikan, essensi dan wujud menjadi beberapa teori yang sangat menarik tapi agak memerlukan pemikiran yang dalam untuk memahaminya, penulis akan mencelaskan hasil dari kombinasi tersebut :
a) Essensi yang tidak dapat mempunyai wujud, dan hal yang serupa ini disebut oleh ibnu sina mumtani’ yaitu sesuatu yang mustahil berwujud (impossible being). Sebagai umpamanya, adanya sekarang ini juga kosmos lain di samping kosmos yang ada.
b) Essensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud . yang serupa ini disebut mumkin yaitu sesuatu yang mungkin berwujud tetapi mungkin pula tidak berwujud (contingent being). Contohnya ialah alam ini yang pada mulanya tidak ada , kemudian ada dan akhirnya akan hancur menjadi tidak ada.
c) Essensi yang tidak boleh tidak mesti mempunyai wujud . disini essensi tidak bisa dipisahkan dari wujud, essensi dan wujud adalah sama dan satu. Disini essensi tidak dimulai oleh tidak berwujud dan kemudian berwujud, sebagaimana halnya dengan essensi dalam dalam katagori kedua, tetapi essensi mesti dan wajib mempunyai wujud selama-lamanya. Yang serupa ini disebut mesti berwujud selama-lamanya. Yang serupa ini disebut mesti berwujud (necessary being) yaitu tuhan. Wajib al-wujud inilah yang mewujudkan mumkin al-wujud.
Dengan argumen-argumen ini ibnu sina mencoba merentas jalan framework manusia untuk sampai kepada keyakinan kepada tuhan dengan pendekatan rasionalisasi, disamping mendekati dengan jalan rentas yang paling utama yaitu meyakini tuhan dengan keimanan.
Ontologi sebagai sumber embrio-embrio bagi lahirnya aliran-aliran pemikiran.
Setelah memahami cara memperoleh pengetahuan, filosof mulai menembus alam yang lebih dalam tentang objek-objek pengetahuannya untuk mendapatkan suatu kebenaran yang universal. Objek-objek itu dipikirkan dengan pemikiran yang radikal ( radical reason ) sampai mereka bersatu dengan esensi kebenaran itu sendiri, dan mereka memanifestasikan kebenaran yang mereka anggap bener itu dengan sebuah untaian kata-demi kata untuk menyibak tabir misteri dari kebenran itu sendiri, maka kebenaran yang dengan pemikiran yang dalam mereka mendapatkan nya di sebut sebgai sebuah “teori haqiqat” atau ada sebagian pendapat yang menamakannya sebagai “ontologi”.
Bidang pembicaraan teori haqiqat sangat luas sekali, segala tentang ada dan mungkin ada , yang mencakup juga pengetahuan dan nilai (yang di carinya ialah haqiqat pengetahuan dan haqiqat nilai). Nama lain dari teori haqiqat ialah teory tentang keadaan (Lngeveld).
Maka dari perenungan yang dalam itu (a deep contemplation) tentang suatu objek-objek pengetahuan atau yang kita namakan konsep ontlogi, maka lahirlah dari sini embrio-embrio yang akan tumbuh kembang menjadi sebuah idiologi-idiologi dalam hidup dan kehidupan yang akan akan berkonsukuensi terhadap arah tujuan hidup (the living perpose).
Maka dikenalah beberapa teori atau idioligi di dalam panggung kehidupan sebagai manifestasi dari pengekplorasian terhadap objek ontologi, diantanya :
a) Kosmologi membicarakan haqiqat yang ada, haqiqat susunan, haqiqat berada, haqiqat tujuan kosmos.
b) Antropologi membicarakan tentang haqiqat manusia.
c) fheodicea membahas tentang haqiqat tuhan.
d) Theodicea mebahas tentang filsafat agama.
e) Filsafat hukum
f) filsafat pendidikan.

Mula-mula kita membicaran suatu realitas benda-benda. Apakah sesuai dengan penampakanya (appearance) atau sesuatu yang bersembunyi dibalik penampakan itu ? menjawab pertanyaan ini maka timbulah aliran-aliran pemikiran diantarany :
a) materialisme (sering juga disebut naturalisme), menurut idiologi ini haqiqat benda adalah materi, benda itu sendiri. Rohani, jiwa, spirit dan sebagainya muncul dari dari materi benda. Rohani dan cs nya tidak akan ada kalaulah benda tidak ada, jadi tuhan, roh, jiwa itu bukanlah haqiqat.
b) Naturalisme mempunyai pendapat bahwa roh, jiwa itu tidak ada, tidak diakui keberadaanya termasuk tuhan.
c) Idealisme mempunyai pendapat haqiqat benda adalah rohani, spirit, atau sebangsanya. Alasan mereka ialah sebagi berikitut : nilai roh lebih tinggi dari pada badan, manusia lebih dapat memahami dirinya daripada sesuatu yang diluar dirinya, dan materi adalah sebuah kumpulan-kumpulan energi yang menempati ruang, benda tidak ada yang ada energi itu saja.
d) Dualisme mempunyai pendapat bahwa yang merupakan haqiqat di dalam benda itu ada dua, materi dan imateri, benda dan roh. Jasad dan spirit, materi bukan muncul dari roh, dan roh bukan muncul dari materi, kedua-duanya sama-sama haqiqat.
e) Agnostisisme sebuah idiologi yang berpendapat bahwa manusia tidak dapat mengetahui haqiqat yang ada.
Sangat banyak dan kompleks sekali aliran-aliran yang dilahirkan para pemikir menjadi sebuah embrio-embrio sebuah gerakan pemikiran dalam dunia filsafat ini. Di bawah ini penulis mencoba mengkristalisasikan beberapa di antara sekian banyak aliran dalam filsafat itu, yang tidak lain semuanya bermuara pada haqiqat ontologi.untuk memudahkan pemahaman kawan-kawan sekalian penulis mencoba memetakan aliran-aliran tersebut dalam sebuah konsep teorI yang penulis namakan dengan “CARTOGRAPHI OF PHILOSOPHI WOURLD” (sebuah pemetaan dari dunia filsafat).

“CARTOGRAPHI OF PHILOSOPHI WOURLD”
























Hak Cipta Di Lindungi Oleh Undang-Undang Allah Swt.
DAFTAR KEPUSTAKAAN



 Bagus, Loren, 2000, KAMUS FILSAFAT, Gramedia Pustaka Utama.Jakarta
 Anshari, Endang saefuddin, 1987, Ilmu, Filsafat Dan Agama, Pt Bina Ilmu Offset. Surabaya.
 Muhadjir, noeng. 2001, Filsafat Ilmu, RAKESARASIN, Yogyakarta.
 Hasan, Syed Zahfarul . 2004. Metafisika Iqbal. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
 Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
 Russsell, Betrand. 2004. Sejarah filsafat barat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
 Nasution, Harun. 1995. Falsafah dan mstisme dalam islam. Bulan Bintang. Jakarta.
 Nasution, harun. 1989. Falsafah Agama. Bulan Bintang. Jakarta.
 Kattsoff, louis. 1995. Pengantar Filsafat. terjemahan dari Element of philosophi oleh Drs. Soejono soemargono. Tiara wacana yogya. Yogyakarta.
 Yazdi, Muhammad Taqi Mishbah. 2003. Buku Dasar Filsafat Islam. Terjemahan kedalam bahasa indonesia oleh Musa kazhim dan Saleh bagir. Mizan. Bandung.
 Suriasumantri, jujun s.2007, Filsafat Ilmu. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
 Husen, M. Ali. 1985. Teori kadar dan teori cahaya. Bulan Bintang. Jakarta.
 Kartanegara, Mulyadi. 2003. Pengantar Epistomologi Islam. Mizan. Bandung.
 HMI, 2002. NILAI DASAR PERJUANGAN. Tanpa penerbit.
 Misbahudin, “ULAMA DAN ILMUAN” short paper yang disampaikan pada perkulihan hadist tarbawy, STAI PUBLISTIK THAWALIB.Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar