Sabtu, 30 April 2011

Bang Ruzmono Sang “Gentlemen The Founding Father “ PUBLISISTIK THAWALIB

Pada malam itu angin agak sedikit kencang hinggga membuat pohon kelapa didepan kampus bergerak-gerak kedinginan, sang langit terus meneteskan air matanya tak henti-henti, terlihat mahasisiwa hilir mudik memasuki kampus, terlihat ada sesuatu yang berbeda dari biasanya di campus publisistik thawalib, terlihat ada sekelompok Mahasiswa berpakaian k0mplit dengan al-mamater hijau kebanggaan mereka, terutama yang terlihat antusias sekali memasuki kampus seorang bapak-bapak yang berambut agak pendek, tersenyum dari kejauhan dengan senyuman yang khasnya sambil menjing-jing plastik besar yang sepertinya berat sekali. dia lah “bang ruzz” begitulah panggilan akrabnya. Beliau lebih tua dari kami semua, tapi dia sering berkata “ tampang boleh bapak-bapak tapi semangat tetep harus muda cing…..”.itulah kira-kira moto hidupnya, yang membuat kami terdorong itu lebih semangat dari beliau dengan semangat joeangnya (semangat 45 forerver).
Seorang sosok bapak yang selalu semangat memberi kontibusi ke kampus thawalib dengan sebuah tindakan yang nyata, bukan retorika ataupun berkonsep ria saja. Maka Kami pun menjuluki beliau dengan sebuah gelar “gentlemen the founding father” atau “sang bapak pembangunan thawalib”. karena atas jasannya , dan kerjasamanya antara mahasiswa yang baik menjadikan kami sebuah the good team work dalam mewujudkan setiam program yag kami cangkan, beliaulah yang sering memotipasi kami untuk membuat sesuatu acara untuk membuat publisistik thawalib lebih eksisis sehingga bisa memberi banyak kontibusi positif untuk masarakat.
Kegiatan-demi kegiatan kami lalui bersama dengan duka dan air mata, yang diakhiri dengan sebuah senyuman keabadiaan (permanence smile). Yang hidup dalam jiwa kami yang menunbuhkan kebanggaan,rasa syukur, dan kebersamaan yang mudah-mudahan abadi karena Allah swt, sepak terjannya diawali dengan membuat acara Qur’ban di tahun kemarin 2009, yang beliaulah ujung tombak pencari dana, (maklumlah canelnya dah luas brow…he), alhamdulilah kami mendapatkan lima ekor kambing untuk disembelih pada hari raya idhul Qur’ban, sungguh berkesan sebuah acara yang bisa menyatukan seluruh elemen mahasiswa dari tingkat atas sampai tingkat bawah, mungkin ini peristiwa langka bagi kami untuk bisa berkumpul ria dan bercanda ria tanpa rasa cangkung sedikitpun, semuanya “ngumpul together” antara paramahasiswa thawalib, semua berasatu dalam indahnya kebersamaan idhul adha.
Acara berikutnya yang kita selenggaraka, yaitu acara “pesantren ramadhan”, tetap yang menjadi unjung tombak pendanaan yaitu bang ruzz, sekitar 15 proposal yang kami buat untuk di edarkan ke seantero Jakarta, sebuah acara yang lumayan menyedot energi kami, karena kalau melihat latar belakang kami, kami tidak murni pull belajar sebagai mahasiswa yang memilik banyak waktu, kami manusia yang hidup di dua dunia, dunia kerja dan dunia kampus, tapi itu semua tidak menjadi alasan bagi kami untuk berhenti berjuang dan mengaktualisasikan konsep-konsep kami, walau diantara kami ada yang kelihatan sudah putus asa karena proposal tak kunjung mendatangkan uang, sedangkan bulan ramadhan sudah beberapa langkah lagi sampai kepada kami.
Pesantren ramadahan sebuah acara yang berkesan bagi kami, kami bisa meliahat jati diri yang sebenarnya dari setiap teman-teman kami, acara yang dipenuhi oleh luapan semangat yang menggelora, dan luapan emosi hingga menimbulkan beberapa gesekan diantara kami, acara tersebut melatih kami untuk lebih solid, lebih komunikatif, lebih transparansi dalam masalah keuangan untuk menghindari fitnah, dan mengajarkan kami untuk lebih menyatukan al-ukhuwah diantara semua mahasiswa thawalib, ”kalo memang tujuan sama mengapa kita harus berbeda-beda..???”mengapa kita harus mengedapkan ego masing-masing…??”simpanlah ego demi thawalib yang lebih baik, (mungkin ini bahan renungan untuk semuanya yang mengaku punya tujuan ingin menjadikan thawalib yang lebih baik).
acara pesantern ramdhanpun ditutup dengan sebuah kebahagiaan, kebangaan, dan rasa syukur karena acara sudah dilaksanakan dengan sukses, dan ditutup dengan buka bersama seluruh elemen mahasiswa dan sebagian dosen kami. dengan diselinggi candaria dan berfoto-foto ria untuk merefress fikiran kami kembali.
Pada malam tahun baruh Hijriyyah kemarin, Bang ruzz datang agak “tanginasan” (agak cepet) sambil menjing-jingan pelastik besar yang berisikan beberapa puluh mushaf Al-Qur’an, untuk dibagikan di acara “malaem tahun baruan islam” bersama anak-anak yatim, Akupun langsung menjingjing plastik yang besar yang warnanya hitam legam dari tangannya, ”jadi kita beraksi..??” sahutku, “jadi doooonk !!!!” sahut bang ruzz,. akupun langsung menimpal ucapanya “lets……go……hidup ini tidak akan berubah hanya dengan sebuah retorika ataupun berkonsep ria belaka, tapi hidup ini akan berubah dengan sebuah tindakan yang nyata”, dan kami berjalan agak cepat menyelusuri tingkat-demi tingkat dari bangunan kampus untuk sampai ke lantai tiga untuk mengikuti perkuliahan sebelum kami mengadakan acara tersebut,
malam itu langit terus menangis,dan sesekali terdengar raungannya yang menggelegar terdengar begitu menakutkan dari arah langit, yang membuat jantung kamipun berdebar dengan prekuensi yang begitu tinggi, dan seakan-akan pohon kelapa didepan kampus kami pun kelihatan ingin berlari, dan seolah ingin ikut berteduh bersama kami di kape’nya bude. mungkin sang langit tersentuh dengan semangat dan antusias kami untuk membagikan santunan sosial ke anak-anak yatim di mesjid AL-Islah (he….sok puitis), sebuah mesjid sederhana yang letaknya dibelakang kampus, tidak lama untuk menuju mesjid tersebut kira-kira 15 belas menitan dengan berjalan kaki.
Kamipun menerobos hujan yang lebat didampingi oleh dosen muda kami pak marzuki, yang di diikuti oleh laskar hijau dari mahasiswa(wieeeh kayak mujahiddin yg mo perang ke afganistan nieeh??), maka sampailah kami di mesjid Al-Islah yang di sambut dengan senyuman dari para tokoh masyrakat dan senyuman yang polos dari anak-anak yatim,
Acarapun di laksanakan, terlihat pak Marjuki memberi sambutan yang yang menggelorakan semangat para mustamiin, yang disusul dengan sambutan dari tokoh masyarakat, maka acara puncakpun tiba dengan memberi santunan sosial kepada para anak-anak yatim, dan acarapun ditutup dengan doa dan berfoto bersama.
“sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling banyak memberi mampaat kepada yang lainnya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar