Sabtu, 30 April 2011

Menegenal Karakteristik Kepemimpinan Politik Islam (Bagian ke dua)

Politik kotor!!, politik nazis inggris cuih..!!,politik penuh dengan intrik dan konspirasi!!. Kata-kata itulah kiranya yang memuncrat dari seorang akhwat distatus facebooknya. Apakah kamu punya anggapan seperti itu pula??, Apakah benar politik itu kotor?, siapakah gerangan yang kotor sebenarnya?, politik kah?, atau para pemain politiknya yang kotor?. Terlepas dari perdebatan itu, yuk kita lihat politik dalam perfektif apa adanya. Khususnya politik islam. Sebagaimana yang dijelaskan pada edisi yang dulu, kita dapat melihat dengan mata hati kita, bahwa, politik islam sangat adiluhung, sebuah konsep politik yang turun langsung dari raja semesta alam. Yang mengakulturasikan antara kepemimpinan keduniawian, maupaun kepemimpinan agama. Karakteristik kepemimpinan politik islam yang dapat kita identifikasi selanjutnya tentang karakterisitik politik islam adalah:
4. Kepemimpinan islam bukan kepemimpinan totalitarianisme (diktator)
Perlu dicamkan wahai para pembaca yang budiaman, bahwa kepemimpinan politik islam dalam skala negara bukanlah pemerintahan yang diktator, memerintah dengan tangan baja, sekalipun kalo kita ekplorasi lebih dalam format kekuasaannya bersifat sentralisitik, tapi kita akan temukan perbedaannya, kepemimpinan islam bukanlah diktator dan bukan juga demokrasi. Terus apa dong??, mau tahu jawabanya, okelah kalo begitu, saya berikan bukti-buktinya yang terang benderang bagai matahari ditengah hari.
a) Kholifah dipilih oleh rakyat, kholifah adalah orang yang mewakili umat dalam urusan pemerintahan, dan kekuasaan untuk menerapkan hikum-hukum Allah. Coz, islam telah menjadikan kekuasaan menjadi milik rakyat (as-sulthon lil ummah). Umat kemudian mewakilkan kepada seseorang untuk diantara mereka untuk menjadi pemimipin, tidak ada kholifah kecuali dipilih dan dibai’at oleh rakyat, yang diwakili oleh majelis umat, dalam istilah politik islamnya disebut dengan “ahlu hilli wal aqdie” yang merupakan representatif rakyat.
Berbeda dengan diktator, kepala negaranya yang belum tentu orang yang disepakati rakyat, sehingga cendrung rakyat dipaksa untuk menerima kepemimpinannya, rakyat tidak berhak untuk memilih sesuai dengan idealismenya. Adapun konsep kepemimpinan seorang kholifah dipilih oleh badan perwakilan rakyat (ahlu hilli wal iqdie) berdasarkan keridhoan rakyat. Tapi, harus dingat wahai kawan, kholifah dipilih oleh badan perwakilan rakyat secara sepontan, tapi masalah kebijaksaaan kenegaraan yang paling dikedepankan adalah penerapan hukum Allah, tidak bisa hukum Allah yang sudah qot’i dirubah karena sebuah konsesnsus masyarakat. Disisni jelas politik islam sentralisitik tapi tidak totalitarianisme, demokrasi tapi sentarlisitik, teokrasi tapi demokrasi (ha..ha.. bingungkan??),lalu apa dong namanya? Ya itu sisitem islam. kerena dalam term literatur barat tidak ada istilah untuk mereprentasikan sistem islam, maka kadang-kadang lahir istilah: demokrasi islam. Sosialis islam, dsb, yang pada hakikatnya berbeda dengan subtansi konseptual dari istilah aslinya.
b) Rakyat bisa mengontrol kholifah, bahkan wajib, dalam pemerintah diktator berbeda jauh, manusia mulutnya dikekang, jiwa nya di ikat dengan kekauatan dari kekausaan, tapi islam terbuka selama itu tidak merubah hukum Allah yang sudah qot’i, sebagaimana ketika Rasullulah memusyawarahkan tentang strategi dan taktik peperangan (dibaca : stratak), Beliau memberi dua opsi, mau berperang dalam kota atau berperang diluar kota. Dan Rasullulah sangat dikenal sebagai manusia yang suka bermusyawarah dengan para sahabatnya.
c) Negara islam adalah negara hukum. Kewajiban terikat pada hukum Allah adalah perkara yang pokok dalam islam. Walaupun berdebatan antara apakah ada negara islam, ataukah tidak ada. Pasti akan terus bergulir sepanjang manusia itu ada dimuka bumi ini. Tapi suatu hal yang disepakati bahwa menjalankan hukum Allah adalah wajib bagi setiap muslim. Karena Allah menegaskan “wahai orang-orang yang beriman masuklah kepada agama Allah seutuhnya (all-out) dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan”.
d) Kholifah adalah pelayanan rakyat. Pada hakikatnya pemimpin adalah pelayan rakyat, karena pemimpin dipilih oleh rakyat yang dipercaya untuk mengatur hal-ikhwal kehidupan mereka. Rasullulah menegaskan dalam sabdanya “seiap kalian adalah pemimpin, dam setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabanya atas apa yang dipimpinnya”,
Raullulah bersabda” dahulu, bani israil selalu dipimpin oleh para nabi. Setiap seorang nabi meninggal, diganti oleh nabi yang lainya, sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku, tetapi akan ada banayak kholifah, para sahabat bertanya apakah yang engkau perintahkan kepada kami?”, beliau menjawab “penuhilah bai’atmu yang pertama,dan yang pertama itu saja. Berikan mereka haknya, karena Allah akan menuntut pertanggung jawaban terhadap rakyat yang dibebankan urusanya kepada mereka”(HR.Muslim).
Ada sebuah sesuatu yang menarik tatkala menjelaskan hadist yang berbunyi “imam adalah penjaga dan bertanggung jawab pada rakyatnya”Imam badrudin Al-aini menyatakan “hadist ini menunjukan bahwa urusan dan kepentingan rakyat menjadi tanggung jawab seorang imam / kholifah. Tugas imam dalam hal ini adalah memikul urusan rakyat dengan memenuhi semua hak mereka.”
Umar bin khotob ketika menjabat sebagai kholifah beliau suatu malam berpatroli mengelilingi rumah penduduk untuk mengetahui realitas keadaan rakyatnya, maka didapati seorang ibu yang miskin yang sedang memaskak batu untuk mengelabui anaknya yang sedang kelaparan. Maka melihat itu sayyida umar secepat kilat memikul sendiri sekarung gandum untuk sang ibu tadi, subhannal !!, bagaimana dengan pemimpin indonesia?? ( aah...malu diriku menceritakanya).
Mudah-mudahan tulisan ini bermampaat, bagi penulis khususnya, umum bagi para membaca, Lebih besarnya mudah-mudahan kontibusi kecil ini bisa meramaikan dunia keilmuan di kampus kita tercinta. Yang punya pendapat yang berlainan dengan penulis harap argumentnya dikirim lewat tulisan ke dewan redaksi. Kami tunggu kedatanganya dengan senang hati, Jangan corat-coret karya orang. Itu bukan perbuatan insan akademis...(he..sok akademis nih...!!!). –Alhaq Mirrobik-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar