Sabtu, 30 April 2011

HAKIKAT KEPEMIMPINAN

Suhu perpolitikan di kampus ” PUBLISISTIK THAWALIB “ semakin memanas dari hari ke hari perlahan tetapi pasti, seiringan dengan akan adanya pemilihan umum untuk menentukan siapa yang akan menduduki amanah sebagai nahkoda BEM. Sebagai keharusan dari sebuah estapeta perjuangan untuk menyongsong thawalib yang lebih baik.
Sebagai rakyat thawalib yang baik penulis ingin ikut meramaikan dan mensukseskan pesta tersebut dengan sebuah tulisan yang melihat kepemimpinan dari perpektip yang lain.
Tidak semua manusia memiliki jabatan atau menyandang status sebagai pemimpin, dan tidak mungkin semua orang menjadi pemimipin.Namun disisi Allah, setiap manusia tetaplah seorang pemimpin yang diamanahkan untuk mengelola potensi diri, sumber daya, waktu dan hidupnya.
Allah swt bahkan sudah mengangkat manusia sebagai kholifah di bumi, pentingnya kesadaran ini disabdakan Rasullah saw.“ setiap kalian adalah pemimpin , dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.”tetapi kit a sering lupa nasihat bijak dari baginda rasul kita, kita meredefenisi kepemimpinan adalah memimpin ribuan, jutaan orang untuk mencapai suatu tujuan.sehingga kita lupa akan haqiqat diri, bahwa diri ini adlah seorang pemimpin dalam lingkup mikro , dan semuanya akan diminta pertanggung jawabanya di hari pembalasan.
Kesadaran akan eksistensi diri dan kesadaran akan siapa dirinya yang sebenarnya, akan membantu dalam proses identifikasi dan pembentukan jati diri.ini pada akhirnya akan berpengaruh pada pembentukan karakter ( caracter building) dan kepribadian, juga pada pola manajemen diri dan kehidupan. Menuju insan yang bergerak sesuai dengan fitrahnya menuju ke kesempurnaan manusia (insan kamil).
Mereka yang menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin, maka dalam pengelolaan dan penetapan tujuan hidup {the perpose of life} senantiasa dicanangkan dengan target dan keluhuran jiwa pememimpin . prinsip yang dibangun , keyakianan yang terpatri, jalan hidup akan pola dan dirancang bagai seorang pemimpin yang sedang membangun kesuksesan .
Harga diri dan kepercayaan dirinya akan dibentuk semua dan sekuat karakter pemeimpin, para meter hidupnya akan diukur dengan kepribadian dan pola kehidupan seorang pemimpin sejati (the great leadersip), hasilnya tata nilai, kualitas, dan prestasi dari waktu, amalan, pekerjaan, serta hidupnya, akan lebih tinggi dan lebih mulia dari pada yang tidak menyadarinya sebagai pemimpin.
Penyadaran akan kepemimpinan diri sudah di gelorakan para sahabat dan ulama salaf, imam safi’i dalam syairnya, “cita-citaku adalah cita-cita seorang raja (pemimpin), jiwaku adalah jiwa merdeka yang sangat benci terhadap kehinaan.”Umar bin khatab pun memohon dalam doanya,” ya Allah, jadikanlah kami termasuk para pemimpin yang bertaqwa.”
Bila kesadaran ini terbentuk, maka manusia akan membina diri agar kapasitas dan kapabilitas nya memenuhi spesifikasi seorang pemimpin.mereka akan memenuhinya dengan kesadaran, pemahaman, dan keseriusan yang kuat, mendidik dan membekali diri dengan wahyu ilahi, ilmu yang luas dan jasad yang kuat.
Proses kepemimmpinan pada diri akan terlihat dari pengarahan, pengelolaan, dan pengendalian potensi dan sumber daya yang dimiliki.apabila didayagunakan untuk menaati allah swt, itulah jiwa pemimpin sejati, karena sukses mempertanggung jawabkan amanah kepercayaan itu .
Namun bila diberikan kepada syahwat, setan, dan orientasi dunia, atau kepentingan pribadi yang mengiginkan sesuatu dari kepemimpinannya.so....dirinya telah menjadi budak . Karena bukan dirinya yang memnendalikan . Allah swt memberi nasihat kepada kita selaku manusia Ulul albab “ sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah bagi orang-orang yang mengambilnya sebagai pemimpin dan atas orang-orang yang yang memprsekutukan Allah dengannya.” (QS.An-Nahal : 100).so...kepemimpinan harus diniatkan karena Allah (walaupun itu sulit), dan ditujukan untuk mencapai keridhoaan Allah semata.
So...........marilah kita sama-sama membentuk diri kita ( self building) menjadi insan yang lebih baik dari sebelunya. Dan menyeleksi pemimipin dengan sangat cermat untuk menuju ” BEM THAWALIB “ yang lebih baik. wallahu a’lam bishowwab

“dengan menjadikan diri ini budak di depan sang kholik , maka diri ini akan menjadi diri yang merdeka.....(sang filosof ciliek )”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar