Sabtu, 30 April 2011

 FILSAFAT TELAH “MEMPERKOSA” TUHAN 

Para pembaca sekalian pasti mengerinyitkan dahi dan menatap penuh dengan kesinisan, apa maksud dari penulis?, mungkin itu pertanyaan yang singgah di dalam kedalam hati, tulisan ini hadir untuk memfilterisasi subhat-subhat (sesuatu yang menghancurkan keyakinan) yang dilontarkan salaseorang diantara kami dalam sebuah konfrontasi pemikiran yang dilaksankan oleh sebagian mahasiswa PUBLISISTIK THAWALIB untuk memaksimalkan pengekplorasian ilmu, didalam konfrontasi tersebut, kami membahas dan mengekplorasi secara radikal makalah salaseorang diantara kami. Dan itu lebih bermampaat menurut perfektif penulis daripada paramahasiswa “bercipika -cipiki” gak karuan tak tentu arah tujuan (ketika sang dosen tidak hadir), yang akhirnya hanya menghabiskan waktu dan membuat langkah demi langkan perjalanan kita ke medan jihad pendidikan ini menjadi tak ada nilai yang berarti.
Disini penulis hanya mentranspormasikan hujah-hujah yang dulu disampaikan dengan sebuah tulisan, yang akan menguraikan keterbatasan akal dalam pengekplorasian terhadap tuhan. Berfilasfat?? Adalah berfikir secara mendalam. Tapi pertanyaanya apakah semua hal bisa diperbincangkan dengan sebuah rasionalitas??. Disini Penulis mengangkat sebuah pendapat para filosof yang akan mencurahkan isi hati mereka tentang apakah tuhan atau hal yang bersipat transidental dapat di rasionalisikan secara mendalam..???.
EMMANUUEL KANT adalah seorang filosof besar jerman yang paling besar pengaruhya sampai sekarang, hidup pada jaman rasionalisme abad ke 18. Moto hidupnya yang terkenal “sapare aude” (beranikan menggunakan akal budimu). Dalam bukunya yang terkenal kritik der theoristische vernunft, beliau menjelaskan penggunakaan akal budi dapat memberikan penjelasan-penjalasan terhadap segala hal ikhwal yang terjadi di alam ini yang nampak, tapi akal budi sendiri tidak dapat memberi sebuah kepastian-kepastian, melainkan hidup dalam pengandai-andaian (spekulasi). (ilmu, filsafat dan agama. Endang Saeffudin anshori MA ).
Kant yang disebut raksasa ahli fikir itu insaf, “haqiqat kebeneran tertinggi (the ultimate true) itu tidak dapat dicapai dengan akal yang kekuatanya terbatas.dan beliau juga menjelaskan bahwa sesuatu hal yang besar itu ada , tetapi letaknya adalah diatas akal (trancidental). Sebab itu di barkata diakhir perenunganya “saya terpaksa berhenti sejenak dari pengetahuan, supaya saya sediakan tempat untuk buat “iman”. (HAMKA, pandangan hidup muslim).
So...apakah sesuatu yang terbatas dapat memikirkan sesuatu yang tak terbatas ?? jangankan mengetahui hal tersebut,akal saya tidak dapat mengetahui dengan benar apa yang pembaca lakukan kemarin malam walau dengan perenungan yang dalam sekalipun??. Itu baru sesuatu yang terbatas mencoba menjelaskan sesuatu yang terbatas.?apalagi mencoba menjelaskan sauatu yang tidak terbatas..??. ( yang tidak setuju angkat tangan..!! dan kirimkan argumenya lewat tulisan ke JAUHAR AL-HAYAH, ane tunggu antum..!! ).
Kita membahas pendapat selanjutnya yang datang dari Dr.J. VERKUYL, beliau menjelaskan “rasio manusia itu cendrung sekali melewati batas-batas kesanggupannya dan menjadi tinggi hati serta mengabdi kepada yang semu dan dusta. Ia bertindak seakan-akan semacam dewa, mengangkat dirinya menjadi ukuran yang termulia dan terakhir, bertindak selaku hakim tertinggi atas kebenaran. sesuatu ucapan yang menyolok bertalian dengan semu dan hal yang berlebih-lebikan nilai rasio ini kita jumpai pada DESKARTES moto hidupnya yang terkenal “COGITO ERGO SUM” (aku berfikir maka aku ada), maksud dari moto itu bahwa akal adalah sumber kebenaran mutlaq, sang pencipta, kholik, dan segala kebenaran yang berkaitan dengan metafifisika, manusia dan dunia dapat di pecahkan oleh sang akal. Rasio ia letakan di tempat yang tertinggi, rasio begitu berdaulat, sehingga tuhan pun harus turut pada kaidah-kaidar rasionalitas (inilah sebuah pemerkosaan terhadap tuhan), ia membuat rasio begitu berdaulat. Ia lupa harusnya kita mengatakan “deusest,ergo sum” (tuhan itu ada, jadi aku ada).
Pendapat berikutnya datang dari D.C. MULDER. Beliau berkata “menyingkap tuhan dengan akal, hal ini termasuk sesuatu yang melebihi akal manusia. tidak dapat dibuktikan bahwa tuhan itu ada (dan bukti-bukti yang dikemukakan itu memang tidak meyakinkan orang yang terdahulu dalam pengekplorasian terhadap tuhan), tetapi juga tidak dapat dibuktikan bahwa tuhan itu tidak ada. Inilah soal keyakinan , bukan soal akal, ilmu atau bukti . tuhan diterima manusia dengan kepercayaan. akan tetapi janganlah disimpulkan bahwa kepercayaan itu bertentangan dengan akal. Bukan itu kesimpulannya, melainkan kepercayaan itu melibihi akal dan mendahului akal,apalagi kepercayaan dan keyakinan mempengaruhi akal. (D.C . MULDER, pembingbing ke alam filsafat)
Kita pertikan sekarang perkataan dari seorang pujangga dan filosof besar muslim dan bapaknya sosiologi, yaitu IBNU KHALDUM dalam buku yang penomenalnya AL-MUQODDIMAH , beliau berkata “ akal itu adalah sebuah timbangan yang cermat , yang hasilnya adalah pasti dan dapat dipercaya!, TETAPI........................!!!!, mempergunakan akal itu untuk menimbang soal-soal yang berhubungan dengan keesaan ALLAH SWT, atau hidup di akhirat kelak, atau haqiqat kenabiaan, atau sifat-sifat ketuhanan, atau hal-hal yang lain yang bersifat metafik , adalah sama dengan mencoba mempergunkan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung. Ini tidaklah berarti bahwa timbangan itu sendiri tidak boleh dipercaya. Soal yang sebenarnya adalah, bahwa akal itu mempunyai batas-batas yang dengan keras membatasinya, oleh karena itu tidak bisa diharapkan bahwa akal itu dalam memahami ALLAH dan sifat-sifatnya, karena otak hanyalah satu dari beberapa atom yang diciptakan Allah swt......(A.MUKTI ALI, filsafat islam tentang sejarah)
Manusia yang lemah dan terbatas menjadi lebih pongah dan begitu sombong ketika dia telah mendewakan akalnya, tuhan harus bertekuk lutut pada rasionalitas, sesuatu yang agung dan besar di tarik dengan paksa ke dalam ruang kaidah-kaidah rasionalitas yang bertumpu pada akal yang terbatas, maka pastilah akan menghasilkan kesimpulan yang rancu (comfusion concution) maka disinlah tuhan telah di perkosa oleh sebuah rasionalitas yang tidak rasional.
Dengan mengunakan rasionya manusia itu membuat bagi tuhan-tuhan,dewa-dewi, meyusun sendiri sesuatu gambaran tuhan yang menghasilkan banyak model-model tuhan (kayak pakaian aza ada model-model segala rupa he...) seperti pantaisme, politeisme, monoteisme, yang intinya adalah hasil dari sebuah spekulasi akal ,bahkan dengan argumen akal tuhan dapat dimatikan, dan sebaliknya tuhan dapat dibuktikan eksistensinya, inyinya argumen apapun tentang tuhan baik yang pro dan kontra dapat digugurkan kembali dengan argumen akal lagi.
Allah swt (oke lah kalo begitu....kita lebih spesipik ya ....!!) bukanlah objek pengenalan seperti benda-benda yang ada. Satu-satunya yang mengenal eksistensi Allah ialah Allah sendiri. Dan salasatu kemungkin kita mengenal Allah adalah dengan pernyataan Allah sendiri yang ia firmankan dalam Al-Qur’an dan apa yang disabdakan Rasul-NYA, itulah satu-satunya sumber pengetahuan kebenaran yang mutlaq (bukan spekulasi) tentang haqiqat Allah Swt. lebih jelas bagi yang mengaku pencinta kebijkasanaan dan kebenaran sejati untuk membaca dan mengekpolrasi buku AL-AQIDAH karangan SAID SABIQ, atau AKIDAH AHLU SUNAH WAL JAMAAH karangan UST.YAZID BIN ABDUL QODIR JAWAZ. Atau buku-buku yang sejenisnya. Wallahu A’lam Bishowwab


“tafakurilah apa yang diciptakan oleh Allah, dan jangan mentafakuri tentang hal-ikhwal dzat Allah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar